"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Selasa, 08 Juni 2010

:: Ada Apa dengan Miyabi?




Sebuah pertanyaan bias, hingga kemudian mampu menghadirkan ribuan jawaban yang tentu saja tak seragam. Tergantung siapa dan bagaimana memaknainya.

Ada apa dengan miyabi?

Perempuan jepang satu ini sempat menjadi buah bibir di sebagian wilayah negeri. Orang-orang suci sudah terlanjur memberinya cap sebagai penjahat. Karena penjahat, ia layak dihujat. Dan karena penjahat, adalah merupakan sebuah kejahatan jika membiarkannya ikut serta dalam dunia seni-budaya bangsa.

Ada apa dengan miyabi?
Entahlah. Aku belum berwenang untuk menjawabnya. Salah satu penyebabnya adalah aku bukan satu dari sekian orang suci itu.

Ya, Ini dia!
Kesucian.

Bisa jadi kesucian menjadi alasan kenapa wanita cantik yang satu ini haram memasuki negeri.

Hanya saja, jika kesucian menjadi alasan timbulnya hujatan, jika kesucian menjadi titik pangkal munculnya isu ini, maka
pertanyaannya kemudian adalah, kenapa harus miyabi?

Ya, kenapa harus miyabi yang menjadi objek luapan caci-maki?

Sabtu, 08 Mei 2010

:: sekuntum harapan






"every rose has it thorn,"
sebuah lagu dari Poison mengingatkanku pada sebuah topik yg pernah kita perbincangkan. pernah kita perdebatkan. dan hingga detik ini, kita, aku dan kamu, belum juga menyepakati sebuah kesimpulan.

kuyakin kau masih mengingatnya.
ya. harapan.

aku menganalogikan segenggam harapan dengan sekuntum mawar. harapan adalah mawar, lengkap dengan duri yang dimiliki.

ia menawan. ia menggoda. ia memesona. bisa saja kita mencium harumnya. namun jika tak hati-hati, duri tajamnya akan menusuk dan menorehkan luka perih mendalam. hal yang menarik, bukan?

Minggu, 02 Mei 2010

"aku, buku, dan sepotong sajak cinta"


kubaca kembali sebuah buku yang dulu pernah kuanggap sebagai kitab hidupku. ya, "aku, buku, dan sepotong sajak cinta". buku karangan muhidin m. dahlan terbitan tahun 2004 ini menjadi semacam tetirah yang mampu memaksaku untuk mendekonstruksi semua pemikiran dan pemahaman akan kehidupan.

lewat buku ini, gus muh (sapaan muhidin m. dahlan) mengajarkan banyak hal; perjuangan hidup, kisah cinta yang tragis, pengkhianatan, topeng palsu orang-orang "suci", serta bagaimana meneguhkan segenggam keyakinan.

aku tak seheroik tokoh yang digambarkan di dalamnya. aku mengamini semangat yang dibawanya, dan tentu saja, menghormati kompleksitas ke-diri-annya; kebajikan serta kebejatan yang dia lakukan.

tabik, gus muh!

Sabtu, 01 Mei 2010

.:: kaulah setan kecil itu

aku masih terus mencari nama yang tepat untukmu. nama yang mampu mewakili hakikat diri, lengkap dengan sifat dan sikap yang kau miliki. tentu semua itu tergantung persepsiku. oleh karenanya, tak perlu marah jika kau tak suka.

ternyata nama yang dahulu pernah kusematkan padamu, belum mampu menunjukkan sejatinya ke-diri-anmu.

setiap ke-diri-an akan mengalami pergeseran. dan aku mesti mencari nama yang berbeda dari sebelumnya. ya, hal itu dikarenakan kau juga menjadi persona yang berbeda dari sebelumnya.

seperti sekarang ini. aku menemukan nama yang tepat yang akan kugunakan untuk menyapamu. tak terlampau istimewa. tapi kuberharap kau akan suka. semoga saja.

bukankah begitu, setan kecilku?

Senin, 26 April 2010

.:: pecundang (?)






kau mulai menabuh genderang perang. kuanggap ini sebuah perhitungan. dan sebagai lelaki, pantang bagiku untuk mundur. karena yang mundur hanyalah pecundang. dan di manapun, pecundang adalah makhluk Tuhan yang paling menyedihkan.

awalnya aku tak seberapa ingin meladeni tantanganmu itu. tak seberapa ingin ada pertempuran. tapi kau yang memulai. dan karena aku --seperti yang pernah kau tuduhkan-- adalah sosok paling antagonis buatmu, maka terpaksa kau kulawan.

tenang saja, aku bukanlah seorang pengecut seperti yang kau sangkakan. aku takkan menyerah. aku takkan lari, bahkan jika harus mati.

sepertinya kau akan kecewa. aku belum ingin mati! pun kalau harus mati, pasti bukan melalui tanganmu itu.

Jumat, 23 April 2010

Tatapan: Segaris Batas yang Terlepas (3)

Aktivitas melalui indera penglihat ini ternyata menyimpan sejumlah potensi yang luar biasa.

Ia mampu menjadi penghancur. Eksposivitasnya bisa jadi mendatangkan mala petaka manakala garis batas yang telah "disepakati" dilanggar begitu saja. Seringkali ia menjadi awal sebuah bencana. Dan dalam kasus seperti ini, manusia selalu menjadikan setan sebagai kambing hitam.

Padahah, diakui atau tidak, setan tidak melulu bersalah.
Namun demikian, diujung derita manusia yang berkepanjangan --yang tentu saja diciptakan oleh manusia itu sendiri--, setan tetap akan tersenyum sinis, berlalu, sambil berkata, "Dasar manusia. Ternyata tidak juga berubah. Tetap saja menjadi makhluk Tuhan paling rapuh yang pernah ada."

Kamis, 22 April 2010

kepada seorang kawan; plagiarisme yang menyedihkan!

rinduku mengalun pada daun
gemerisik dipetik sang angin

dan hujan mewartakan kegelisahan
lirih desah pada tanah yang basah

___



sajak itu kutulis medio maret 2010. dan apa yang tertuang dalam larat-larat aksara yang merangkainya, anggap saja mewakili perasaanku ketika itu.

namun alangkah kagetnya waktu penggalan sajak, puisi, syair, atau apalah namanya itu, kutemukan lagi dua hari yang lalu. hanya saja kali ini aku merasa berbeda ketika berhadapan dengannya: tulisan itu diakui oleh orang lain! bukan atas namaku, tapi atas nama seorang kawan lama yang telah sekian putaran waktu tak kujumpa.

tentang apa maksud dan alasan dia melakukannya, entahlah! aku tak tahu. aku tak berhak menjawab. dan sama sekali tak ingin menjawab.


mungkin bagi dirinya, itu hanyalah deretan kata yang entah apa juga maknanya. bahkan mungkin sebagian orang tak menganggapnya bermakna.
meski begitu, ia tetaplah anak ruhani yang kulahirkan dari rahim perenungan jiwaku.
aku bukan siapa-siapa yang berhak menuntut. ya, tentu saja tak memiliki hak untuk menuntut. aku tak akan melakukannya. aku hanya ingin memaki. kurasa tak ada yang berkeberatan dengan hal itu.

kepada seorang kawan, jika ingin menunjukkan eksistensi diri, ada cara kain yang lebih elegan!

salam,





* istilah "anak ruhani" kupinjam dari istilah yang pernah digunakan muhidin m. dahlan.