"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Sabtu, 20 Februari 2010

separuh surga

kutemukan separuh surga di matamu
bersama senyum mengembang sepasang malaikat kecil
berebut sekuntum mawar di sudut taman

kutemukan separuh surga di matamu
adam dan hawa memadu cinta
berhias bunga lyly dan sepotong senja yang jingga


20 Februari 2010

Rabu, 17 Februari 2010

bukan secuil kerupuk,,





"kak, mau krupuk,,"
kata-kata itu lekat kuingat.

sepotong krupuk itu sekarang menjadi semacam filosofi kehidupan. ya, nikmati hidup layaknya menikmati sepotong kerupuk: ringan, renyah, dan kehadirannya senantiasa memberi warna serta melengkapi yang telah ada.

menjalani hidup dengan ringan tanpa beban,

mengisinya dengan derai tawa yang renyah dan menyenangkan,

hadir di tengah kehidupan, lalu berusaha membuat orang-orang di sekiar merasa nyaman,,

pencerahan itu kudapat sekitar dua tahun yang lalu. boleh jadi itu hanya kesimpulanku, dan memang kau tidak bermaksud demikian. kukira tak apa kalau aku memberi makna seenaknya. toh tak merugikan siapapun juga.

...

adikku yang baik hati,

mungkin terlalu sederhana jika aku menganalogikan ke-diri-anmu layaknya sepotong kerupuk.

sejatinya dirimu adalah kekuatan, keceriaan, serta keindahan. perpaduan yang mengesankan. tak bisa dipungkiri pasti ada aral yang merintang. namun, entah kau sadari atau tidak, itu hanya secuil perjalanan hidupmu. dan itu tak seberapa jika dibandingkan dengan kedamaian serta kebahagiaaan yang kau dapati sembilan belas tahun ini.

kau memang pernah menangis. tapi itu hanya beberapa detik. sedangkan rangkaian perputaran waktumu selanjutnya adalah canda-tawa. seperti yang aku katakan di awal: ringan, renyah, dan dinanti kehadirannya. -- aku memaksa kau percaya kata-kataku itu. hehe..


akhirnya, lebih dari "selamat" yang ingin kusampaikan.

"terima kasih."
itu yang ingin kuucapkan. ini bukan hanya dari diriku pribadi, tapi mewakili semua orang yang pernah kau kenal, pernah kau sapa.
ucapan terima kasih itu membuktikan kalau selama ini kau mampu mendamaikan orang-orang di sekitarmu.

lalu apa artinya?
artinya jika kau mampu membahagiakan orang lain, itu tanda kalau kau adalah pribadi yang bahagia. bukan berarti tanpa tangis. hanya saja, tetes air mata itu akan lebih menjernihkan hatimu. dan setelah itu, kau akan lebih siap menapaki kehidupan mendatang dengan lebih tenang. percayalah, hidupmu akan sangat menakjubkan.

salam hormatku padamu,,



* catatan buat ulang tahun okky febriliani isaura

Senin, 15 Februari 2010

.:: bukan sepotong senja







setelah peristiwa penolakan senja kemerahan, kau kembali datang. tak murung, tapi juga tak menampakkan senyum. air mukamu berbeda. untuk beberapa saat aku sempat tak mengenalmu. kau asing. begitu asing. hanya dari suara aku tahu bahwa itu kau.

senja kemerahan itu tak lagi dalam genggaman. mungkin kau membuangnya ke samudera entah karena kecewa aku telah menolaknya mentah-mentah. dan itu membuatmu benar-benar marah. mungkin juga kau menyimpannya di tempat yang pernah kau katakan sebagai tempat paling hangat di dunia. entah ada di mana. entahlah. aku tak tahu. dan sama sekali tak ingin tahu.

kau diam. aku diam. kita berdua terdiam. seperti biasa.
tak ada yang mengejutkan karena hal itu memang sering kita lakukan. kau pernah mengatakan bahwa sebuah relasi tak melulu dibangun oleh komunikasi verbal. aku ingat kau mengutip apa yang pernah dikatakan Seno Gumira Ajidarma, "cinta itu abstrak, sepasang kekasih tidak usah selalu bertemu, selalu berciuman, dan selalu bergumul untuk mempersatukan diri mereka. cinta membuat sepasang kekasih saling memikirkan dan saling merindukan, menciptakan getaran cinta yang merayapi partikel udara, meluncur dan melaju ke tujuan yang sama dalam denyutan semesta."

waktu itu aku berkata kalau kau berlebihan. ada dua kata dalam kutipan tersebut yang terlalu sensitif dalam relasi kita berdua.

bagaimana reaksimu? sepertinya kau tersinggung. kau mengatakan bahwa aku adalah orang paling tolol yang pernah kau kenal. "itu cuma kutipan. apa yang membuatmu begitu bodoh hingga tak memahami itu semua? dari dulu aku merasa ada yang salah dengan pola pikirmu. kau bilang kalau definisi akan dipengaruhi oleh persepsi. aku tidak setuju. itu hanya akan membuat pikiran makin liar, mencoba dan terus memaksa mencari makna lain dari sesuatu. definisi hanya ada satu. dan hukum itu harus dipatuhi. itulah konsistensi."
kau melanjutkan, "dengan menanyakannya, berarti kau telah salah memberi makna dua kata itu. aku tak bermaksud demikian. sedikit pun tidak! maka kalau tidak ingin salah memaknai, jangan pernah berpikir macam-macam. ikutilah definisi yang ada. cukup itu saja."

aku terkejut. bukan karena prinsip yang kau anut. aku terkejut karena kau menjadi begitu emosional. rentetan kalimat itu mengalir dengan derasnya. bahkan tak jarang diselingi makian serta sumpah-serapah yang entah apa maksudnya. mungkin kaulah perempuan yang dimaksud dalam transkripsi Muhidin M Dahlan. mungkin kau ingat. pun kalau ku lupa, baiklah, aku kutipkan sebagian,
"seringkali engkau menjenuhkan (dan menyebalkan!), kekasih. tapi tak apa. toh manusia itu tidak monoton. aku yakin, kejengahan dan sikapmu yang awut-awutan itu di suatu hari akan berhenti di stasiun waktu ketika dirimu menemukan kesadaran yang menurutmu bisa membebaskan dan mendamaikan hatimu yang kalut.
bukan jadi soal sinergitas dirimu yang kebablasan, berteriak sekenanya, dan terkadang tak terkontrol. itu pun merupakan bagian dari kisah dirimu sendiri mengais-ngais identitas: pencarian yang kau rambah di tengah keramaian publik. aman kontras dengan separuh orang yang mengikuti olah rasa seperti Bunda Maryam yang memilih kehidupan yang sepi dan bhiksunisme untuk mengarak bakiak kesadaran yang rancak.
ya, Tuhan amat agung menciptakan sesuatu dengan perencanaan yang kontradiksi dengan mengusung satu maksud: mau insyaf, mau berbagi, dan mau saling mengarifi."

Selasa, 02 Februari 2010

"nggak ada alasan buat nggak setuju!"






"nggak ada alasan buat nggak setuju!" entah siapa yang memulai, namun kata-kata ini menjadi salah satu hal yang aku suka dari relasi kita berdua.

kalau kita memperdebatkan kamu ataukah aku yang mulai memunculkan kata-kata itu, pasti tidak akan ada ujungnya. kamu bukan seseorang yang bisa serta merta menerima argumen yang diungkapkan oleh orang lain. apalagi itu berhubungan dengan ke-diri-anmu. aku tahu itu. kenapa? karena begitu juga denganku.

keberadaan ungkapan itu mengindikasikan indikasi adanya dua kemungkinan dalam rangakain percakapan yang kita lakukan. keduanya bisa jadi berdampingan dan saling melengkapi. namun bisa juga saling meniadakan.
yang pertama, ungkapan "nggak ada alasan buat nggak setuju!" menunjukkan kalau kita memang sependapat terhadap banyak hal. sedangkan kemungkinan kedua, itu malah membuktikan seringnya terjadi ketidaksepahaman antara kita berdua. manakah yang benar? aku tak begitu peduli. toh buatku itu tak penting lagi.

pada awalnya aku berpikir untuk apa aku membahas hal seperti ini. toh ini sekedar ungkapan. ungkapan yang setiap saat bisa keluar dari siapapun yang sedang melakukan percakapan.

kemudian aku merasa ungkapan itu bukan sebatas kata-kata. ungkapan itu lahir dari spontanitas dan kejernihan ekspresi yang tidak bisa muncul setiap saat.
seringkali kita menggunakannya. mengulangnya. lagi dan lagi. entah itu untuk menegaskan kedirian, atau sebatas mengingat kembali dan menjaga eksistensi ungkapan itu sendiri. hal ini menjadi bukti bahwa kata-kata itu telah menjadi bagian dari relasi kita selama ini. hingga aku sempat berpikir bagaimana nasib relasi kita kalau sampai kata-kata ini hilang tenggelam arus waktu. 'nggak ada alasan buat nggak setuju' terhadap semua yang baru saja aku kemukakan. dan aku memaksakan hal itu.. he..