"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Kamis, 31 Desember 2009

06.45

 selamat jalan, Guru Bangsa






senja tak seperti biasanya
matanya sembab
merah
bukan marah

mentari berlalu sore ini
begitu tiba-tiba
meninggalkan senja bersama derai duka dan air mata

ya, mentari tlah menyelesaikan tugasnya dengan sempurna
mengawal bumi sedari pagi
mengajarkan bagaimana hidup yang tak menyerah kalah

dia lelah
butuh istirah

selamat tidur, mentariku
cahaya dan hangatmu
abadi malam ini.
esok. lusa. dan akhir nanti


31 Desember 2009

Rabu, 30 Desember 2009

salamku padamu, langitku





seperti yang kuduga sebelumnya, kau tak menyapaku malam ini, langit. apa kau marah? entahlah. pun kalau memang marah, terserah! toh aku tak punya hak untuk melarang hal itu.

benar bahwa aku memakimu beberapa hari lalu. tapi aku punya alasan yang kuat; kau berkhianat.
aku sudah pernah mengatakan kalau aku tak suka dibohongi. eh, kau melakukannya juga. kau mengatakan akan menurunkan hujan yang menyejukkan. omong kosong. hujan itu memang ada, namun itu hujan air mata. air mata hujan yang kau tumpahkan saat kau membutuhkan.

akhirnya terjadi apa yang benar-benar aku takutkan. ya, aku tak terlalu cemas jika kau berdusta padaku. yang aku khawatirkan adalah ketika aku sudah tak percaya lagi padamu.

kau tahu, langitku, aku nyaman tanpa hujan. toh selama ini juga demikian.

apakah aku akan kesepian? maaf, kau salah jika berpikir seperti itu.
aku damai dengan diriku sendiri. tanpa hujan, bahkan tanpa langit sekalipun.

salam,
bumi

Minggu, 20 Desember 2009

aku malu, Tuhanku (2)



kenikmatan Tuhan tak jarang malah memunculkan ketamakan; dengan semua karunia-Nya, ternyata aku tak pernah berhenti meminta. ah, aku merasa bodoh saja.

itulah yang kemudian menjadikanku sebagai manusia pemalas yang akut dan pengumpat paling hebat di kolong jagad. sering memaksa agar Tuhan me-nyata-kan semua yang kuinginkan. dan jika tidak, maka keluar sumpah-serapah dan umpatan --yang belakangan aku sadari, ternyata sangat menjijikkan.

kondisi semacam itu pada akhirnya melemahkanku. menjadikanku sebagai manusia yang tak memilki daya jika harus berhadapan dengan masalah. ujung-ujungnya menyerah kalah. lalu berharap Tuhan akan turun tangan untuk mengatasi semuanya.

betapa tololnya!

dan yang paling mencewakan dari semua itu adalah bahwa semua nikmat Tuhan yang Beliau berikan ternyata tak sebanding dengan dharma bhaktiku pada-Nya.

ibadah yang kujalani selama ini hanya sebatas formalitas untuk menggugurkan kewajiban.
sementara penghormatanku pada-Nya hanya manis di bibir saja.
benar bahwa aku pernah beberapa kali bersyukur, namun dengan ketulusan yang masih dipertanyakan.

maafkan aku, Tuhan. aku benar-benar malu pada-Mu. aku tak banyak berharap bukan berarti aku tak mempercayai kebesaran dan kekuasaan-Mu. hal itu semata karena aku merasa belum pantas medapatkannya.

salam penuh hormat pada-Mu, Tuhanku!

Rabu, 16 Desember 2009

terima kasihku padamu (3)






kata sederhana itu aku ucapkan atas semua kebaikan yang tentu saja tak sederhana.

hingga detik ini kau masih mau menemaniku. bukankah itu luar biasa? ya, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.

benar bahwa tak setiap detik kita saling bertegur sapa. namun itu tak membuat kita memalingkan muka. apalagi menjadikan kita saling lupa. toh setiap kali bencengkrama, kau senantiasa menyambutku dengan senyum hangat yang memesona.

aku tak berani berharap relasi kita akan mengabadi karena keabadian hanya milik Tuhan. hanya saja aku tak ingin melepas genggaman tanganmu begitu saja. kisah yang kita jalani tidak akan berhenti sampai di sini. aku yakin sampai esok, lusa, dan hari nanti...

salam sayangku padamu!


salam untuk bulan

sudah beranjak pagi. sebentar lagi, mentari akan menggantikanmu mengiringi bumi

aku ingin mengucapkan terima kasih padamu. kau memang tak seberapa indah. ya, masih seperti biasa. kau melakukan tugasmu menerangi bumi yang telah memerah ketika matahari sedang istirah. dan aku masih saja terus mengagumimu. entah karena apa, aku tak tahu.

kau sedikit berbeda malam ini. kau menjadi begitu dingin, bulan. benar bahwa kau tetap setia. masih tetap bercahaya. tapi, entahlah! mungkin saja aku yang tidak merasa nyaman denganmu. bisa jadi juga sebaliknya, kau tidak menginginkan kehadiranku sedari senja tadi.

aku sedang tak ingin berbincang denganmu saat ini. mungkin esok. atau malah tidak sama sekali.

salam buatmu, bulanku.

Sabtu, 12 Desember 2009

kesuksesan merupakan kegagalan yang tertunda (?)

"sabar! suatu saat kau akan berhasil." nasihat itu sangat akrab di telinga setiap kita.
keberhasilan menjadi suatu orientasi, satu tujuan akhir dalam kehidupan.

ketika sementara orang menganggap bahwa keberhasilan adalah sesuatu yang mesti diperjuangkan mati-matian, saya malah tak sepenuhnya setuju. dalam beberapa hal, kata "keberhasian" mengacu pada ilusi, fatamorgana menyesatkan. betapa tidak. hati dan pikiran dibuai oleh mimpi pada pencapaian satu tujuan. dan ketika yang terjadi justru kegagalan, maka yang muncul kemudian adalah penyesalan.

benar bahwa kegagalan merupakan pelecut semangat. "kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda," begitu sebagian orang mengatakan. lalu bagaimana jika kesuksesan itu tertunda untuk selamanya? inilah pertanyaan yang belum juga terjawab.

anggapan bahwa kegagalan adalah hal yang memalukan, bahkan menjijikkan, perlu mendapat pemahaman ulang.

hidup tidak selalu sempurna. tidak selalu sukses. tidak selalu berhasil. kegagalan adalah bagian dari hidup manusia. itu yang mesti disadari. seperti dua sisi mata uang. baik buruk. itulah kita. itulah manusia. kita memang bukan penjahat, tapi kita juga bukan malaikat.

bisa dibayangkan bagaimana seseorang menjadi sangat tertekan ketika berhadapan dengan kegagalan. padahal gagal dan berhasil, kalah dan menang, merupakan harmonisasi kehidupan yang akan mengabadi. mengutip pendapat seorang teman, "hidup akan membosankan kau urus-lurus saja." ya, akan sangat membosankan manakala hidup selalu diisi dengan keberhasilan atau kegagalan sepenuhnya.

nikmati kegagalan sebagai bagian dari perjalanan hidup, proses hidup. tak ada lagi istilah kegagalan adalah anak tiri yang mesti dimaki. keberhasilan dan kegagalan adalah suatu keniscayaan. keduanya saling berpasangan. saling mengisi. saing melengkapi.

permasalahannya bukanlah terletak pada begaimana menghindari kegagalan dan mencapai keberhasilan. jika demikian, di mana letak ujian keikhlasan? yang lebih penting adalah menerima mereka sebagai saudara kembar yang tak mungkin dipisahkan. jadi kita akan mampu menerima dan memeluk erat keduanya sebagai bagian dari ke-dir-an kita. jadi, mengapa harus ditakuti? kesuksesan sejati justru terletak pada kerelaan menerima keduanya dengan tangan terbuka.

hahaha...


nb: salah satu kegagaan terbesar umat manusia adalah tidak mampu membangun kesamaan persepsi tentang istilah dan definisi. tidak heran manakala banyak hal --yang sebenarnya tidak seberapa penting-- menjadi pertentangan dan mengakibatkan pertikaian yang tak berkesudahan.

Kamis, 10 Desember 2009

aku dan langitku: cerita hujan (1)

--buat seorang teman yang sedang dibuai 'hujan'

kusampaikan terima kasih padamu, langit. sekian putaran waktu kita telah menjalin hubungan yang begitu mesra. hanya saja relasi kita ini mesti diakhiri sampai di sini. apa alasannya? akan kujelaskan nanti.

* * *

aku yakin kau masih ingat, di suatu senja yang jingga kau menyapaku. aneh. ya, terlampau aneh karena setelah sekian lama kita bertemu muka, baru kali ini dari mulutmu keluar kata.
”bumi, maukah kau menampung hujanku?” begitu katamu.
hujan. kata itu juga tak begitu akrab di telingaku. namun juga tak sepenuhnya asing. aku pernah sesekali mendengar dari cerita leluhurku bahwa ada sesuatu, cerita, peristiwa, atau apalah yang dinamakan hujan.

menurut kabar yang aku dengar, hujan bisa datang dengan bermacam cara yang tak terduga. begitu juga dengan akibat yang ditimbulkannya. kadang dia menyapa dengan begitu lembut. setiap apa yang disentuh serasa dibelai oleh tangan-tangan halus yang memanjakan. namun, dia juga bisa datang dengan kemarahan serta raut wajah suram yang menghancurkan.

hujan mampu menggugah bermacam perasaan. sejuk. hangat. damai. gelisah. marah. ya, titik-titik air itu mampu meyentuh setiap sisi kehidupan, personal maupun komunal.

ah, kau membuatku makin penasaran saja, langit. membuatku makin ingin membuktikan apakah hujan yang kau katakan sama dengan hujan yang pernah dikisahkan.

...bersambung

aku malu, Tuhanku (1)


pagi ini mentari menyapaku dengan cara yang berbeda. tak secerah biasanya, namun tetap mendekap hangat tubuh dan jiwaku yang kuyu.

tak banyak yang kuinginkan pagi ini. bukan tak ada. hanya saja aku tak berani. ya, aku tak berani berharap. aku malu. aku malu pada pagi. pada mentari. pada semuanya.

pagi telah memberiku kehidupan. sementara mentari selalu menyapaku dengan kehangatan. keduanya merupakan bagian dari harmonisasi alam yang sampai saat ini belum juga aku pahami. yang aku tahu hanyalah mereka menjalankajn apa yang telah dititahkan Tuhan dengan sebaik-baiknya. dengan begitu sempurna. tak pernah ada keluhan, apalagi pembangkangan.

lalu aku?
pertanyaan itu benar-benar mengusik hatiku.

telah sekian waktu Tuhan memberikan kesempatan padaku untuk menikmati serta mengemban amanah atas anugerah yang tak pernah kuduga sebelumnya, yakni hidup sebagai manusia. ini juga yang sering memunculkan pertanyaan. kenapa Tuhan manjadikanku sebagai seorang anak manusia? kenapa bukan sebagai yang lain? kenapa bukan sebagai batu, angin, air, hujan, atau malah setan sekalian. aku tak tahu pasti alasannya. hanya saja aku berpikir --semoga ini benar-- bahwa itu semua karena Tuhan sayang padaku.
cukup menentramkan, namun pikiran itu kadangkala memunculkan kesombongan.

Tuhan memang menyayangiku. Beliau senantiasa mendengar doa, permintaan, harapan, keluhan, bahkan makian yang keluar dari mulut ini.
aku bisa menikmati banyak hal: keindahan fajar pagi, hangatnya persahabatan, serta lika-liku kisah cinta yang mendebarkan.
aku pun tak perlu melakukan tugas berat seperti yang telah dibebankan Tuhan kepada makhluk lain selain diriku. aku tak perlu seperti mentari yang mesti tepat waktu menjaga keseimbangan siang dan malam. tak perlu seperti angin yang berlarian kesana-kemari hanya untuk menyapa dan menyejukkan seisi bumi. aku juga tak perlu memiliki kekhawatiran layaknya setan yang telah dijanjikan neraka jahanam. menakjubkan, bukan?



Selasa, 08 Desember 2009

belajar dari setan




setan. makhluk yang satu ini memiliki beberapa sisi menakjubkan. di luar kodrat serta stigma buruk yang melekat, misalnya makhluk jahat penggoda manusia atau juga penghuni abadi neraka, mereka memiliki peri kesetanan yang mengagumkan.

sejarah mencatat bagaimana iblis, nenek moyang kaum ini, melakukan hal di luar mainstreem yang berlaku pada zaman itu. dia adalah satu-satunya makhluk yang terang-terangan berani menentang titah Tuhan dengan menolak bersujud kepada Adam. apapun motivasinya, tindakan itu menunjukkan iblis merupakan penggerak revolusi sejati serta pencetus gerakan anti-kemapanan. itu dibuktikan dengan kerelaannya untuk angkat kaki dari taman surga, tempat yang selama itu ditinggalinya.

anak cucu iblis pun tak kalah menawan. mereka mewarisi semua bakat dan sifat yang dimiliki oleh nenek moyangnya. diakui atau tidak, banyak hal dari mereka yang bisa dijadikan teladan oleh siapapun, termasuk manusia, makhuk yang sering merasa paling sempuna di muka bumi ini.

salah satu sifat yang mereka miliki adalah konsistensi. ketika akan di usir dari surga, iblis bersumpah kalau dia dan anak cucunya akan senantiasa menggoda dan mengajak umat manusia untuk mengikuti jalan yang mereka tempuh. hal itu pun benar-benar terbukti. doktrin yang diwariskan dari generasi ke generasi tersebut berjalan dengan sangat efektif –kalau tidak boleh dikatakan, sempurna. apa yang diikrarkan oleh iblis kala itu, masih dijalankan oleh anak cucunya sampai saat ini, bahkan sampai hari akhir nanti.

selain sangat konsisten, mereka juga memiliki loyalitas yang luar biasa. sampai sekarang tidak pernah terdengar cerita tentang adanya satupun oknum setan yang desersi, apalagi berkhianat.
bukankah itu hebat?


Minggu, 06 Desember 2009

maafkan, langitku

islangit maafkan aku
kali ini aku tak mau menampung hujanmu itu

tak ada alasan yang luar biasa
hanya tak ingin.
itu saja


06 Desember 2009

Rabu, 02 Desember 2009

malam yang mengesankan



tak ada yang lebih mengesankan dari malam
selain keheningannya yang tetap diam

malam menelan segala peristiwa yang terjadi siang tadi
dusta
cinta
serta secuil senja penghias langit sore ini

malam hitam
dan bukan kelam

ia adalah ruang istirah bagi tubuh yang lelah
ia adalah waktu kalbu menangis mengais ampunan atas rangkaian kealpaan

ia menyimpan rahasia duka atau bahagia yang akan datang esok hari

malam bukanlah untuk malam
ia takkan pernah ada kalau hanya untuk dirinya



2 Desember 2009

Selasa, 01 Desember 2009

putri hujan

hujan adalah dirimu
datang dengan tiba-tiba
hingga aku tergagap tak dapat berkata

hujan adalah dirimu
datang bersama angin. badai.
aku suka

hujan adalah dirimu
pergi sewaktu-waktu
beranjak. meningalkan jejak yang mengabadi

dan aku adalah bumi
yang tetap diam
yang tetap berharap hujan membasahiku esok hari


1 Desember 2009