"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Minggu, 26 September 2010

.:: Cukuplah Sedikit Memaki





Nama binatang berkaki empat itu hampir saja melompat keluar dari mulutmu. Untunglah, dia masih merasa nyaman dalam dekap hangat hati dan emosi.

Saat-saat emosional bisa jadi momen yang fantastis. Betapa tidak. Kita dihadapkan pada semacam energi yang entah apa namanya. Energi diam sekaligus membara. Pernyataan ini terkesan kontradiktif. Namun aku masih belum menemukan istilah yang pas sebagai padanannya.

Di titik itulah ada penat yang serta-merta mesti dikeluarkan. Dan memang ekspresinya macam-macam. Dari mulai tidur, terpekur, hingga ledakan beraneka tindak dan kata-kata.

Itulah manusia, kawan. Jadi tak perlu kau mencaci andai kukeluarkan kata maki. Kita sama. Ya. Sama sekali tak beda. Lalu apa hakku melarang-larang dirimu? Ah, ada-ada saja.


Salam,

Senin, 06 September 2010

_ bukan hasrat menguasai. hanya ingin mengabdi,




Sepenggal pernyataan yang menurutku konyol itu masih saja terngiang. Ini bukan tentang apa pretensi dibalik kata-kata itu. Namun, lebih kepada alasan kenapa kau mengucapkannya.

Bahwa konsep pengabdian itu kau pahami, kau yakini, dan kau jalankan, aku tahu. Sedari dulu kau memang begitu: percaya bahwa kebahagiaan sejati akan lahir dari kesucian rahim pelayanan serta ketulusan segenggam pengabdian.

Meski kau bukan seorang masokhis -- dan kau pernah menentang keras ketika kumenuduhmu seperti itu, tapi apa yang kau praktikkan selama ini menjadi alasan kenapa aku pernah mengucapkannya.
Kau terlalu naif. Kau terlalu pasrah. Kau rela menyakiti diri kalau perlu, jika itu bisa membuat orang lain menderakan tawa.
Pemahaman semacam itu terus ada di hati dan jiwamu hingga sekarang, dan entah sampai kapan.
Aku tak punya kuasa untuk mengubahnya. Tak sekalipun ingin mengubahnya.

Ini tentang keyakinan. Keyakinan yang telah mengajarkan, lalu membentukmu hingga menjadi dirimu yang sekarang. Itu membanggakan, kawan.

Senang mengenalmu,

Senin, 30 Agustus 2010

.:: maafkan, senja






Masih ingatkah, sore itu kau pernah membawa segenggam senja kemerahan untukkku? 

Entah apa yang ada di pikiranku. namun, alih-alih terucap kata terima kasih, kutolak senjamu mentah-mentah. Dan dengan dengan setengah memaki, kukatakan bahwa senja merahmu itu omong kosong. Tak ada yang seperti itu. Pun kalau ada, tak sedikitpun kumenginginkannya.

Aku bersikeras bahwa senja itu biru. Ya. seperti yang sudah-sudah. seperti yang pernah kuyakini sebelumya.



Anehnya, tiba-tiba kuteringat senja kemerahan yang pernah kau berikan. Kau tahu, aku penasaran sekarang. Begitu penasaran, senja kemerahan seperti apa yang ada di genggam tanganmu itu. Aku bahkan yakin, senja itu istimewa. Begitu istimewa. Kalau tidak,  kau takkan menghadiahkannya. "Untukmu," katamu sore itu. 
Aku mengerti. 
Aku mengerti kalau kau tak pernah membawakan sesuatu yang biasa. seperti yang sudah-sudah –begitu juga perhatian yang kau berikan padaku, sungguh tak biasa.

Aku menyesal.

Apakah kau akan memaafkanku? Itu harapanku. Hati mengatakan, iya, kau akan memaafkan. Kenapa? Karena kau baik. Terlalu baik.

Jujur saja, aku tak biasa mengucap permintaan maaf. Tapi tidak untuk kali ini. Aku mesti membuang jauh tumpukan kesombongan yang senantiasa membuatku jadi manusia yang bebal, tentu saja dengan rangkaian kesombongan yang menyertainya.



Hanya saja, permasalahannya tak berhenti sampai di situ. Tak berhenti pada apakah kau mau memaafkan atau tidak memaafkan.
Ya. Andai saja kau menerima permintaan maafku, belum tentu senja kemerahan itu juga akan memaafkan. Sepertinya dia murka. Aku pernah mencampakkannnya sia-sia.


Untukmu, aku bersedia mengakui kesalahan dan membuang segenap kesombongan. Tapi untuk senja itu, entahlah! Masih kupertimbangkan.



Minggu, 15 Agustus 2010

peri kecil



peri kecil. aku mulai suka memanggilmu dengan nama itu. entah mulai kapan, namun aku merasa nyaman dengan nama itu. aku berharap kau juga merasakan hal yang sama. pun kalau tidak, itu bukan alasan bagiku untuk serta merta melupakannya. bukan memaksa. tapi karena aku memang suka. itu saja. dan kalau aku sudah suka, mau apa coba?

bukan berarti pula aku tidak suka dengan namamu. sama sekali bukan.

asal muasal nama itu kusematkan padamu, aku sendiri tidak tahu. keluar begitu saja. serius. waktu itu aku sedang menulis transkripsi tentang dirimu, lebih tepatnya hubungan kita berdua. lalu ”peri kecil” itu keluar begitu saja. begitu alami. percayalah!

aku tidak punya waktu untuk ”menciptakan” nama baru untukmu. dan sejujurnya aku tidak terlalu pintar dalam hal karang-mengarang, apalagi yang berkaitan dengan nama yang menurutku masuk dalam wilayah yang sangat personal. lagi pula, kau telah memiliki nama yang indah menurutku. jadi tak ada gunannya aku begitu serius berlama-lama memikirkan nama baru untukmu.

kenapa ”peri kecil”? aku sendiri tidak tahu alasannya. seperti yang telah aku katakan sebelumnya, hal itu terjadi begitu alami. apa adanya. bisa jadi itu merupakan refleksi atas sifat malaikat yang kau tunjukkan padaku selama ini.

seandainya kau masih memaksa dan ingin tahu ihwal hadirnya nama itu, akan aku jelaskan nanti pada transkripsi berikutnya.

salam,,

Jumat, 13 Agustus 2010

.:: mbuh.com






hei, ini bukan soal kesalahan pemahaman. hanya saja sering dimunculkan pemutlakan atas itu semua. bahwa 'sesuatu' haruslah menjadi 'sesuatu' itu. dan yang bukan 'sesuatu' mesti berada di wilayah lain di luar 'sesuatu'. mestinya tidak ada kemutlakan di dunia ini. sama sekali tidak ada hal absolut ketika berbicara di ranah manusia dan kemanusiaan. semuanya serba relatif. pun kalau ada yang absolut, tak lain adalah kerelatifan itu sendiri. ya,relativitas yang absolut.

ketika dialektika sudah terperangkap dalam satu 'wilayah', maka yang ada hanyalah kekerdilan yang parah. entah mengapa banyak yang menjaga, membatasi, dan mengekang 'wilayahnya' sendiri. maksud hati ingin menjaga kemurnian, namun ternyata itu hanya akan mengisolasi nurani yang sebenarnya memiliki wilayah yang tak terdefinisi.

pemahaman seperti itu hanya akan memunculkan sikap diam. dan di manapun, diam adalah kesunyian yang bisu. di dalamnya hanya ada kekosongan yang mengendap. kekosongan yang luput dari hingar-bingar ke-kita-an. tapi bukankah, "diam adakah emas?!". --sial! lagi-lagi peribahasa ini dimutlakkan.

Selasa, 03 Agustus 2010

.:: cinta yang memerdekakan

"memilih hidup dalam cinta adalah sebuah pilihan untuk masuk dalam ring pertaruhan karena hidup menuntut pertaruhan. pertaruhan dengan apa? pertaruhan mengukuhkan imajinasi: apakah imajiansi itu mengayakan ruhani atau mengenyahkan ruhani."
-- muhidin m. dahlan











kamu pernah menanyakan arti cinta. sebuah tema purba yang masih saja sering diperbincangkan, bahkan diperdebatkan. dan sepertinya dialektika itu akan selamanya mengabadi.

aku tidak tahu persis apa itu cinta.
pun kalau aku tahu, cinta yang aku pahami bisa saja berbeda dengan cinta yang kamu maksud. ya, ada beragam jenis cinta. beragam pula definisinya. tergantung dari sudut mana individu memandang, lalu memaknainya.

erich fromm pernah mengemukakan ada dua modus yang berhubungan dengan eksisitensi manusia dalam menjalani hidupnya. pertama, modus "memiliki" (to have). seseorang dengan pola hidup "to have" merasa bahagia, atau lebih tepatnya, senang -- sebab bahagia dan senang hakikatnya berbeda-- manakala memperoleh, memiliki, dan tentunya menguasai sesuatu yang dia dambakan. dan sebaliknya, batinnya akan tersiksa jika sesuatu itu tidak dia miliki atau tidak tunduk padanya. inilah yang aku sebut sebagai 'ketertindasan'. pikiran selalu digelayuti oleh nafsu berupa tekanan-tekanan untuk memuaskan diri sendiri.

inilah ego. ego yang membuat orang melakukan tindakan di luar lingkaran cinta. ego yang lebih berorientasi pada diri sendiri tanpa mau peduli terhadap impak yang ditimbulkannya kemudian.

cinta dengan modus "memiliki" adalah cinta yang dangkal. pun kalau mencapai kepuasan, itu hanya sebatas orgasme cinta yang semu. cinta seperti ini tidak akan mampu membawa seseorang pada kebahagiaan hakiki. terlampau absurd manakala kebahagiaan digantungkan pada sesuatu yang ternyata malah memenjarakan kehidupan.

lawan dari pola hidup memiliki adalah pola hidup "menjadi" (to be). pencinta sejati menganut pola hidup seperti ini. ia tidak menggantungkan kebahagiaan hidup pada kepemilikan. ia akan mencintai secara aktif dan kreatif. inilah yang pernah aku katakan sebagai kemampuan untuk mencintai tanpa adanya pretensi apapun, termasuk pengharapan untuk dicintai. ia akan mengerahkan segenap energinya untuk membahagiakan yang dicintainya. tulus. setulus-tulusnya.

sahabatku yang baik,
cinta itu memerdekakan. membebaskan dari segala jerat dan kungkungan yang memenjarakan jiwa. ketika kita "berada" dalam cinta --dan bukan sekedar "jatuh cinta"--, selayaknya kita memperoleh kemerdekaan itu. namun, jika yang terjadi justru ketertindasan, dalam bentuk apapun, maka pemahaman akan cinta itu perlu dikaji ulang. sebab cinta, kata muhidin lagi, tidak akan dapat hidup berdampingan dengan alam ketertindasan. cinta sejati tidak akan mungkin dapat tumbuh di ruang yang antitesis dengannya.

dari apa yang pernah kita perbincangkan, sepertinya kamu belum sepenuhnya mampu membebaskan diri. kamu --maaf-- belum merdeka.

apa tandanya kamu belum sepenuhnya merdeka?
banyaknya keinginan. ya, kamu memproduksi dan menimbun keinginan yang makin menggunung.
bukan berarti kita tidak boleh memiliki harapan dan keinginan. kita boleh, bahkan mesti memilikinya. kenapa? seperti yang pernah aku kemukakan sebelumnya, kita adalah manusia biasa. sangat biasa. kita harus tetap menanam harapan. sebab manusia tanpa harapan, ia mayat berjalan, begitu seorang budayawan pernah berkata.
namun di tengah kepungan harapan itu, entah sadar atau tidak, kamu telah melahirkan fantasi-fantasi yang entah. dan ketika fantasi-fantasi itu tak juga meng-ada dalam ruang hidupmu, aku takut kalau kamu tak lagi memiliki energi untuk berharap.

sekian dulu. maaf kalau terlalu panjang dan terkesan meng-khutbah.

Rabu, 16 Juni 2010

.:: ingin menyapamu senja ini




ini bukan tentang aku, dia , mereka, atau kalian semua. ini tentang kamu dan dirimu.

kamu dengan segala kisah yang menyertai hidupmu. kamu dengan segala kebajikan serta kebejatan yang mengesankan.



seperti yang kau ketahui sebelumnya, aku bukanlah seseorang dengan ingatan yang baik. mudah bagiku untuk (tidak) sengaja melupakan apa atau siapa yang kutemui beberapa detik sebelumnya.
entah apakah aku seorang pelupa, sombong, atau apapun namanya. dan terserah juga kau menyebutnya bagaimana. yang pasti aku tak ingin memenuhi memori di otakku dengan segala hal yang tak terlampau penting.
lalu apakah kau adalah satu dia antara sekian hal yang tidak penting yang kusebutkan? kukira kau bisa menerkanya.

dan setelah semua memori ke-kita-an kita terhapus dan tak lagi terdengar gaungnya di jagad raya, kini kumengalami sindrom kerinduan yang luar biasa. mungkin itulah sebab kenapa aku ingin menyapamu senja ini.

salam,

Selasa, 08 Juni 2010

:: Ada Apa dengan Miyabi?




Sebuah pertanyaan bias, hingga kemudian mampu menghadirkan ribuan jawaban yang tentu saja tak seragam. Tergantung siapa dan bagaimana memaknainya.

Ada apa dengan miyabi?

Perempuan jepang satu ini sempat menjadi buah bibir di sebagian wilayah negeri. Orang-orang suci sudah terlanjur memberinya cap sebagai penjahat. Karena penjahat, ia layak dihujat. Dan karena penjahat, adalah merupakan sebuah kejahatan jika membiarkannya ikut serta dalam dunia seni-budaya bangsa.

Ada apa dengan miyabi?
Entahlah. Aku belum berwenang untuk menjawabnya. Salah satu penyebabnya adalah aku bukan satu dari sekian orang suci itu.

Ya, Ini dia!
Kesucian.

Bisa jadi kesucian menjadi alasan kenapa wanita cantik yang satu ini haram memasuki negeri.

Hanya saja, jika kesucian menjadi alasan timbulnya hujatan, jika kesucian menjadi titik pangkal munculnya isu ini, maka
pertanyaannya kemudian adalah, kenapa harus miyabi?

Ya, kenapa harus miyabi yang menjadi objek luapan caci-maki?

Sabtu, 08 Mei 2010

:: sekuntum harapan






"every rose has it thorn,"
sebuah lagu dari Poison mengingatkanku pada sebuah topik yg pernah kita perbincangkan. pernah kita perdebatkan. dan hingga detik ini, kita, aku dan kamu, belum juga menyepakati sebuah kesimpulan.

kuyakin kau masih mengingatnya.
ya. harapan.

aku menganalogikan segenggam harapan dengan sekuntum mawar. harapan adalah mawar, lengkap dengan duri yang dimiliki.

ia menawan. ia menggoda. ia memesona. bisa saja kita mencium harumnya. namun jika tak hati-hati, duri tajamnya akan menusuk dan menorehkan luka perih mendalam. hal yang menarik, bukan?

Minggu, 02 Mei 2010

"aku, buku, dan sepotong sajak cinta"


kubaca kembali sebuah buku yang dulu pernah kuanggap sebagai kitab hidupku. ya, "aku, buku, dan sepotong sajak cinta". buku karangan muhidin m. dahlan terbitan tahun 2004 ini menjadi semacam tetirah yang mampu memaksaku untuk mendekonstruksi semua pemikiran dan pemahaman akan kehidupan.

lewat buku ini, gus muh (sapaan muhidin m. dahlan) mengajarkan banyak hal; perjuangan hidup, kisah cinta yang tragis, pengkhianatan, topeng palsu orang-orang "suci", serta bagaimana meneguhkan segenggam keyakinan.

aku tak seheroik tokoh yang digambarkan di dalamnya. aku mengamini semangat yang dibawanya, dan tentu saja, menghormati kompleksitas ke-diri-annya; kebajikan serta kebejatan yang dia lakukan.

tabik, gus muh!

Sabtu, 01 Mei 2010

.:: kaulah setan kecil itu

aku masih terus mencari nama yang tepat untukmu. nama yang mampu mewakili hakikat diri, lengkap dengan sifat dan sikap yang kau miliki. tentu semua itu tergantung persepsiku. oleh karenanya, tak perlu marah jika kau tak suka.

ternyata nama yang dahulu pernah kusematkan padamu, belum mampu menunjukkan sejatinya ke-diri-anmu.

setiap ke-diri-an akan mengalami pergeseran. dan aku mesti mencari nama yang berbeda dari sebelumnya. ya, hal itu dikarenakan kau juga menjadi persona yang berbeda dari sebelumnya.

seperti sekarang ini. aku menemukan nama yang tepat yang akan kugunakan untuk menyapamu. tak terlampau istimewa. tapi kuberharap kau akan suka. semoga saja.

bukankah begitu, setan kecilku?

Senin, 26 April 2010

.:: pecundang (?)






kau mulai menabuh genderang perang. kuanggap ini sebuah perhitungan. dan sebagai lelaki, pantang bagiku untuk mundur. karena yang mundur hanyalah pecundang. dan di manapun, pecundang adalah makhluk Tuhan yang paling menyedihkan.

awalnya aku tak seberapa ingin meladeni tantanganmu itu. tak seberapa ingin ada pertempuran. tapi kau yang memulai. dan karena aku --seperti yang pernah kau tuduhkan-- adalah sosok paling antagonis buatmu, maka terpaksa kau kulawan.

tenang saja, aku bukanlah seorang pengecut seperti yang kau sangkakan. aku takkan menyerah. aku takkan lari, bahkan jika harus mati.

sepertinya kau akan kecewa. aku belum ingin mati! pun kalau harus mati, pasti bukan melalui tanganmu itu.

Jumat, 23 April 2010

Tatapan: Segaris Batas yang Terlepas (3)

Aktivitas melalui indera penglihat ini ternyata menyimpan sejumlah potensi yang luar biasa.

Ia mampu menjadi penghancur. Eksposivitasnya bisa jadi mendatangkan mala petaka manakala garis batas yang telah "disepakati" dilanggar begitu saja. Seringkali ia menjadi awal sebuah bencana. Dan dalam kasus seperti ini, manusia selalu menjadikan setan sebagai kambing hitam.

Padahah, diakui atau tidak, setan tidak melulu bersalah.
Namun demikian, diujung derita manusia yang berkepanjangan --yang tentu saja diciptakan oleh manusia itu sendiri--, setan tetap akan tersenyum sinis, berlalu, sambil berkata, "Dasar manusia. Ternyata tidak juga berubah. Tetap saja menjadi makhluk Tuhan paling rapuh yang pernah ada."

Kamis, 22 April 2010

kepada seorang kawan; plagiarisme yang menyedihkan!

rinduku mengalun pada daun
gemerisik dipetik sang angin

dan hujan mewartakan kegelisahan
lirih desah pada tanah yang basah

___



sajak itu kutulis medio maret 2010. dan apa yang tertuang dalam larat-larat aksara yang merangkainya, anggap saja mewakili perasaanku ketika itu.

namun alangkah kagetnya waktu penggalan sajak, puisi, syair, atau apalah namanya itu, kutemukan lagi dua hari yang lalu. hanya saja kali ini aku merasa berbeda ketika berhadapan dengannya: tulisan itu diakui oleh orang lain! bukan atas namaku, tapi atas nama seorang kawan lama yang telah sekian putaran waktu tak kujumpa.

tentang apa maksud dan alasan dia melakukannya, entahlah! aku tak tahu. aku tak berhak menjawab. dan sama sekali tak ingin menjawab.


mungkin bagi dirinya, itu hanyalah deretan kata yang entah apa juga maknanya. bahkan mungkin sebagian orang tak menganggapnya bermakna.
meski begitu, ia tetaplah anak ruhani yang kulahirkan dari rahim perenungan jiwaku.
aku bukan siapa-siapa yang berhak menuntut. ya, tentu saja tak memiliki hak untuk menuntut. aku tak akan melakukannya. aku hanya ingin memaki. kurasa tak ada yang berkeberatan dengan hal itu.

kepada seorang kawan, jika ingin menunjukkan eksistensi diri, ada cara kain yang lebih elegan!

salam,





* istilah "anak ruhani" kupinjam dari istilah yang pernah digunakan muhidin m. dahlan.

Selasa, 20 April 2010

# mau apa coba?!





si***n!

satu kata itu yang ingin kuucapkan. tapi tenanglah. tak perlu marah. bukan aku bermaksud berkata kotor padamu. tak akan kumelakukannya. kuyakin kau tahu hal itu.

pun kalau sekarang sedikit emosional, ini sebatas ekspresi sesaat. aku manusia biasa. sangat biasa. dan karena biasa, aku juga berhak untuk melakukan apa-apa yang dilakukan orang. seperti sekarang ini; aku berhak memaki.

--toh aku juga tak sesarkas dirimu ketika kau dengan terang-terangan menolak kehadiran senja biru itu.

sekali lagi kukatakan, aku tak bemaksud kasar. toh definisi 'kasar' masih bisa diperdebatkan. mungkin menurutmu dan juga sebagian orang, tak selayakunya kuucapkan kata itu. sangat tidak elegan. hei, sebentar, elegan versi siapa?

mungkin kalau saat ini kumengucapkannya, itu karena aku suka. kalau aku sudah suka, mau apa coba?!

Minggu, 18 April 2010

malam datang terlalu dini _

"malam datang terlalu dini,"

sepenggal kalimat itu pernah kuucap beberapa waktu lalu. tak ada makna luar biasa. itu sekedar ekspresi betapa 'waktu' merupakan sebuah ancaman serius akan eksistensi di muka bumi ini.

betapa tidak?!
ia datang, melaju dengan begitu cepatnya. berhenti? sama sekali tidak. padahal kita membutuhkan jeda dalam rancang konstruktif ke-diri-an kita. kita memerlukan beberapa detik waktu anta untuk merenung untuk berpikir untuk merancang strategi meniti jalan kehidupan yang mungkin akan sangat terjal.

ia dengan sangat sadis menggilas apa saja yang tak berjalan seiring dengannya.

ia menggerus setiap renik masa lalu. menjadikannya sebatas memori. hanya itu.

sampai transkripsi ini kutulis, waktu menjadi semacam fobia yang terus menghantui setiap detik dan detak jantungku, dan mungkin juga sebagian kita.

Jumat, 02 April 2010

tak ada yang percaya pada senja biruku,,



sampai dengan detik ini, hanya dirimu yang percaya kalau senja berwarna biru itu memang ada.

kau tahu, berulang kali kuyakinkan mereka semua. tapi percuma. tak ada yang percaya. tak satupun. beberapa di antaranya malah sempat menuduhku sebagai orang gila. "jelas-jelas senja berwarna kemerahan," begitu katanya.

mereka berusaha keras menyadarkan, meyakinkan, bahkah memaksaku untuk mengatakan tak ada senja biru itu.

terang saja aku tak bersedia melakukannya. aku yakin. sangat yakin kalau senja biru itu benar adanya. bukankah itu juga yang kau rasakan? mereka tak akan mampu memaksaku. dan akhirnya aku juga tak ingin memaksa mereka agar percaya pada apa yang kulihat, kualami, dan yang kupercaya.

cukuplah aku dan dirimu. terima kasih. salam hormatku padamu,,

Kamis, 01 April 2010

gelisah hujan

rinduku mengalun pada daun
gemerisik dipetik sang angin

dan hujan mewartakan kegelisahan
lirih desah pada tanah yang basah

Rabu, 31 Maret 2010

setan kecil...

sudah beranjak pagi. dan kau belum juga mau menyapaku sampai dengan hari ini. sial! apa yang ada di otakmu sekarang?!







kau tahu, awalnya aku tak terlalu ingin mengingatmu. namun kupikir, tak ada salahnya kalau berusaha membuat relasi kita jadi lebih cair. karena itulah, aku membuang jauh kesombongan yang selama ini kubanggakan.

tapi..
ah, entahlah!

mungkin kau terlalu sibuk dengan semua urusanmu. terbuai atau malah trance dalam hingar-bingar dunia yang telah membuat dirimu menjadi begitu berbeda. atau mungkin juga kau sedang menikmati kesendirian, dan tersenyum puas melihatku yang seperti orang bodoh mengumpulkan puing-puing ke-diri-an.

sudahlah,,

Selasa, 23 Maret 2010

.:: mbuh lah,




kuingat nasihat seorang teman dekat. dia berkata, "menulislah! tulis apapun yang sedang kau pikirkan sedang kau rasakan. apapun itu."

pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana jika aku ada pada sebuah kondisi sedang dan tidak ingin merasakan, sedang dan tidak ingin memikirkan apapun? mungkin seperti yang kualami saat ini.

apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara, sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya? jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati dan juga kehendak? entahlah.
mungkin teman baikku itu bisa menjawabnya.

ketika pikiran kosong dan hati mati, apa yang ingin ditorehkan dari keduanya? hanya orang tolol yang bertindak tanpa hati tanpa pikiran.

dan mungkin aku salah satu dari mereka.
tapi paling tidak, aku membuktikan kalau ucapan sahabatku itu benar adanya, buktinya kuhasilkan beberapa kalimat meski pada awalnya aku hanya ingin menghujat semua yang dikatakannya.

.:: imaji hujan







kehadiranmu bersamaan dengan datangnya hujan masih menyisakan sepenggal pertanyaan.

apakah kau yang mengirim hujan itu padaku?
meski itu yang kau katakan, aku ragu --dan bahkan saat ini mulai tak memedulikan hal itu.





&^$^$#&^)(*&@

hujan yang kau kirimkan ternyata tak seperti yang kuinginkan. benar bahwa kau ingin menurunkan rintik air itu untuk menyejukkanku.
namun kenyataannya tak demikian. hujan itu menyapaku dengan tak ramah. titik-titik air yang jatuh ternyata tak membentuk harmonisasi seperti yang kau janjikan. belum lagi kilatan petir yang menyayat langit serta dentumannya yang menggegar. sungguh memekakkan telinga siapa saja yang ada di sekelilingnya. alih-alih tergugah menikmatinya, aku malah makin meringkuk dalam dingin dan ketakutan hujan yang kau sampaikan.

untunglah, hujanmu reda segera.

bukan! bukan reda. namun menghilang entah ke mana. tak ada satupun jejak yang menandakan hujan.

peristiwa itu membuatku ragu dan mempertanyakan apakah hujan yang kau sampaikan itu ada. seperti halnya aku meragukan relasi kita yang mungkin memang tak nyata.

entahlah!

Minggu, 21 Maret 2010

.:: malaikat kecil(ku) ??



kau pernah tidak setuju ketika kali pertama kusapa dirimu dengan nama itu.
ada dua alasan yang kau kemukakan.

tentang malaikat. menurutmu sebutan malaikat belum pantas melekat pada dirimu. "terlalu bagus," katamu waktu itu.
kemudian kau mempersoalkan istilah "kecil" yang kugunakan. Kata kecil seakan-akan mengidentikkan dirimu dengan sifat manja dan kekanak-kanakan. selain itu, mungkin kau juga tidak menyukainya karena ada orang lain yang juga pernah kupanggil dengan nama "kecil" di belakangnya. entahlah..

aku memanggilmu dengan nama "malaikat kecil" bukan tanpa alasan. tentu alasan yang kumiliki sama sekali tidak seperti yang kau sangkakan.

dan alasan paling kuat yang dapat kukatakan padamu adalah, karena aku suka. ya, aku suka menyapamu dengan nama itu. kalau aku sudah suka, mau apa coba? hehe

Kamis, 18 Maret 2010

# hujan. senja. cinta..




senja mengendap, bersiap menyergap hangat sinar mentari.
sebentar lagi gelap. tapi aku tak peduli. perhatianku hanya tertuju padamu, hujanku. ya, kau masih seperti biasanya: titik-titik air yang menyejukkan. menyimpan seuntai senyum manis yang senantiasa kurindukan.

namun, ada yang membuatku tak terlalu bersemangat bercengkerama denganmu saat ini.
sepertinya kau kecewa. entahlah! tapi tak apa. toh relasi di antara kita tak melulu berjalan seperti yang diharapkan.

--bias kemerahan mulai tampak di langit barat--

kukira kau datang untukku --meski tak selalu begitu-- seperti janji yang pernah kau ukir pada sepotong senja. ternyata aku salah. alih-alih meluangkan waktu berdua, kau malah asyik bercerita tentang persekutuan dengan langit yang kian sempurna.

Selasa, 09 Maret 2010

penjahat berbaju malaikat_

penjahat berbaju malaikat. istilah itu kudapat dari seseorang yang kemudian aku sebut "guru" --meski mungkin dia tidak mengakuiku sebagai muridnya. entah apa makna pasti istilah itu, aku tak tahu. pun kalau aku salah memaknainya, dia tak akan marah. pun kalau dia marah, itu haknya. terserah.

aku tak bermaksud membicarakan dia dengan segala pemikirannya. toh aku sudah pernah mengungkap sebagian sisi dirinya tiga tahun lalu.

kembali kepada "penjahat berbaju malaikat". ungkapan itu ditujukannya kepada seseorang yang tentu saja tak kukenal. ungkapan itu muncul ketika dia sedang ingin memaki, mengumpat, atau apalah namanya. yang pasti itu bukan dimaksudkan untuk memberi pujian. aku yakin itu.

dan kini aku juga ingin meminjam ungkapan itu. aku tak perlu minta ijin padanya. salah dia sendiri kenapa mengatakannya padaku.

aku belum tahu ungkapan itu akan kutujukan pada siapa. mungkin seseorang diluar sana, seseorang yang sedang ada di sampingku sekarang ini, atau malah diriku sendiri.

tentang bagaimana aku memaknainya, tak akan kujelaskan sekarang. bukan karena takut salah. biarlah orang yang merasa dirinya sebagai "penjahat berbaju malaikat" itu sendiri yang menafsirkannya. entah setelah itu dia marah, bahagia, atau biasa saja, itu urusannya. toh dia sendiri yang memaknai. aku tak begitu peduli.

Senin, 01 Maret 2010

sahabat,, (?)




kehidupan bukanlah seperti pasar malam, begitu kata Pram. orang-orang datang dan pergi silih berganti. banyak hal yang ditawarkan ketika baru hadir dalam kehidupan, tapi secara tiba-tiba mereka pun menghilang dengan segera. seperti mimpi.

sebagian manusia mengalami kesedihan-cengeng manakala tidak bisa menerima keadaan mesti "dipisahkan" dengan orang yang selama ini begitu dekat. serasa ada sebagian dari jiwa yang terbang. menghilang.

itu merupakan sebuah keniscayaan. dalam kehidupan di dunia ini tak ada yang mengabadi. semuanya serba fana dan serba profan. maka tidak perlu sekali-kali berharap akan adanya kekekalan, termasuk dalam persahabatan. ya, sampai saat ini sahabat sejati menjadi sebentuk konsep abstrak serta menyisakan sepenggal pertanyaan besar yang belum juga terjawab.
mungkin yang perlu dikaji ulang adalah definisi sahabat itu sendiri --yang sampai saat ini belum mendapat hakikat pasti.

boleh jadi tiap kita memiliki orang terdekat. tapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah dia benar-benar sahabat? apakah itu juga berlaku dalam setiap sisi kehidupan? dan apakah sahabat sejati, soulmate, atau apapun istilahnya hanya seorang saja?

kesalahan terbesar manusia adalah ketika dari awal memiliki harapan bahwa seorang sahabat akan selamanya menjaga, menemani tiap saat.
hanya orang bodoh yang beranggapan demikian. kenapa? pada kenyataannya tak akan ada seorang pun yang mau melakukan hal itu.

pada dasarnya setiap manusia itu kuat. setiap manusia hebat karena dibekali kemampuan yang luar biasa untuk mengatasi semua problematika hidup. menjalani hidup. menikmati hidup. dan bukan sekedar bertahan hidup.
kehadiran sahabat yang terlalu dekat di satu sisi malah akan melemahkan itu semua. banyak keyakinan yang akhirnya menjadi goyah hanya karena intervensi "sahabat sejati". relasi yang menjamah ruang pribadi ternyata tak mamu menguhkan ke-diri-an. justru sebaliknya, akan membunuh ke-aku-an secara perlahan.

Sabtu, 20 Februari 2010

separuh surga

kutemukan separuh surga di matamu
bersama senyum mengembang sepasang malaikat kecil
berebut sekuntum mawar di sudut taman

kutemukan separuh surga di matamu
adam dan hawa memadu cinta
berhias bunga lyly dan sepotong senja yang jingga


20 Februari 2010

Rabu, 17 Februari 2010

bukan secuil kerupuk,,





"kak, mau krupuk,,"
kata-kata itu lekat kuingat.

sepotong krupuk itu sekarang menjadi semacam filosofi kehidupan. ya, nikmati hidup layaknya menikmati sepotong kerupuk: ringan, renyah, dan kehadirannya senantiasa memberi warna serta melengkapi yang telah ada.

menjalani hidup dengan ringan tanpa beban,

mengisinya dengan derai tawa yang renyah dan menyenangkan,

hadir di tengah kehidupan, lalu berusaha membuat orang-orang di sekiar merasa nyaman,,

pencerahan itu kudapat sekitar dua tahun yang lalu. boleh jadi itu hanya kesimpulanku, dan memang kau tidak bermaksud demikian. kukira tak apa kalau aku memberi makna seenaknya. toh tak merugikan siapapun juga.

...

adikku yang baik hati,

mungkin terlalu sederhana jika aku menganalogikan ke-diri-anmu layaknya sepotong kerupuk.

sejatinya dirimu adalah kekuatan, keceriaan, serta keindahan. perpaduan yang mengesankan. tak bisa dipungkiri pasti ada aral yang merintang. namun, entah kau sadari atau tidak, itu hanya secuil perjalanan hidupmu. dan itu tak seberapa jika dibandingkan dengan kedamaian serta kebahagiaaan yang kau dapati sembilan belas tahun ini.

kau memang pernah menangis. tapi itu hanya beberapa detik. sedangkan rangkaian perputaran waktumu selanjutnya adalah canda-tawa. seperti yang aku katakan di awal: ringan, renyah, dan dinanti kehadirannya. -- aku memaksa kau percaya kata-kataku itu. hehe..


akhirnya, lebih dari "selamat" yang ingin kusampaikan.

"terima kasih."
itu yang ingin kuucapkan. ini bukan hanya dari diriku pribadi, tapi mewakili semua orang yang pernah kau kenal, pernah kau sapa.
ucapan terima kasih itu membuktikan kalau selama ini kau mampu mendamaikan orang-orang di sekitarmu.

lalu apa artinya?
artinya jika kau mampu membahagiakan orang lain, itu tanda kalau kau adalah pribadi yang bahagia. bukan berarti tanpa tangis. hanya saja, tetes air mata itu akan lebih menjernihkan hatimu. dan setelah itu, kau akan lebih siap menapaki kehidupan mendatang dengan lebih tenang. percayalah, hidupmu akan sangat menakjubkan.

salam hormatku padamu,,



* catatan buat ulang tahun okky febriliani isaura

Senin, 15 Februari 2010

.:: bukan sepotong senja







setelah peristiwa penolakan senja kemerahan, kau kembali datang. tak murung, tapi juga tak menampakkan senyum. air mukamu berbeda. untuk beberapa saat aku sempat tak mengenalmu. kau asing. begitu asing. hanya dari suara aku tahu bahwa itu kau.

senja kemerahan itu tak lagi dalam genggaman. mungkin kau membuangnya ke samudera entah karena kecewa aku telah menolaknya mentah-mentah. dan itu membuatmu benar-benar marah. mungkin juga kau menyimpannya di tempat yang pernah kau katakan sebagai tempat paling hangat di dunia. entah ada di mana. entahlah. aku tak tahu. dan sama sekali tak ingin tahu.

kau diam. aku diam. kita berdua terdiam. seperti biasa.
tak ada yang mengejutkan karena hal itu memang sering kita lakukan. kau pernah mengatakan bahwa sebuah relasi tak melulu dibangun oleh komunikasi verbal. aku ingat kau mengutip apa yang pernah dikatakan Seno Gumira Ajidarma, "cinta itu abstrak, sepasang kekasih tidak usah selalu bertemu, selalu berciuman, dan selalu bergumul untuk mempersatukan diri mereka. cinta membuat sepasang kekasih saling memikirkan dan saling merindukan, menciptakan getaran cinta yang merayapi partikel udara, meluncur dan melaju ke tujuan yang sama dalam denyutan semesta."

waktu itu aku berkata kalau kau berlebihan. ada dua kata dalam kutipan tersebut yang terlalu sensitif dalam relasi kita berdua.

bagaimana reaksimu? sepertinya kau tersinggung. kau mengatakan bahwa aku adalah orang paling tolol yang pernah kau kenal. "itu cuma kutipan. apa yang membuatmu begitu bodoh hingga tak memahami itu semua? dari dulu aku merasa ada yang salah dengan pola pikirmu. kau bilang kalau definisi akan dipengaruhi oleh persepsi. aku tidak setuju. itu hanya akan membuat pikiran makin liar, mencoba dan terus memaksa mencari makna lain dari sesuatu. definisi hanya ada satu. dan hukum itu harus dipatuhi. itulah konsistensi."
kau melanjutkan, "dengan menanyakannya, berarti kau telah salah memberi makna dua kata itu. aku tak bermaksud demikian. sedikit pun tidak! maka kalau tidak ingin salah memaknai, jangan pernah berpikir macam-macam. ikutilah definisi yang ada. cukup itu saja."

aku terkejut. bukan karena prinsip yang kau anut. aku terkejut karena kau menjadi begitu emosional. rentetan kalimat itu mengalir dengan derasnya. bahkan tak jarang diselingi makian serta sumpah-serapah yang entah apa maksudnya. mungkin kaulah perempuan yang dimaksud dalam transkripsi Muhidin M Dahlan. mungkin kau ingat. pun kalau ku lupa, baiklah, aku kutipkan sebagian,
"seringkali engkau menjenuhkan (dan menyebalkan!), kekasih. tapi tak apa. toh manusia itu tidak monoton. aku yakin, kejengahan dan sikapmu yang awut-awutan itu di suatu hari akan berhenti di stasiun waktu ketika dirimu menemukan kesadaran yang menurutmu bisa membebaskan dan mendamaikan hatimu yang kalut.
bukan jadi soal sinergitas dirimu yang kebablasan, berteriak sekenanya, dan terkadang tak terkontrol. itu pun merupakan bagian dari kisah dirimu sendiri mengais-ngais identitas: pencarian yang kau rambah di tengah keramaian publik. aman kontras dengan separuh orang yang mengikuti olah rasa seperti Bunda Maryam yang memilih kehidupan yang sepi dan bhiksunisme untuk mengarak bakiak kesadaran yang rancak.
ya, Tuhan amat agung menciptakan sesuatu dengan perencanaan yang kontradiksi dengan mengusung satu maksud: mau insyaf, mau berbagi, dan mau saling mengarifi."

Selasa, 02 Februari 2010

"nggak ada alasan buat nggak setuju!"






"nggak ada alasan buat nggak setuju!" entah siapa yang memulai, namun kata-kata ini menjadi salah satu hal yang aku suka dari relasi kita berdua.

kalau kita memperdebatkan kamu ataukah aku yang mulai memunculkan kata-kata itu, pasti tidak akan ada ujungnya. kamu bukan seseorang yang bisa serta merta menerima argumen yang diungkapkan oleh orang lain. apalagi itu berhubungan dengan ke-diri-anmu. aku tahu itu. kenapa? karena begitu juga denganku.

keberadaan ungkapan itu mengindikasikan indikasi adanya dua kemungkinan dalam rangakain percakapan yang kita lakukan. keduanya bisa jadi berdampingan dan saling melengkapi. namun bisa juga saling meniadakan.
yang pertama, ungkapan "nggak ada alasan buat nggak setuju!" menunjukkan kalau kita memang sependapat terhadap banyak hal. sedangkan kemungkinan kedua, itu malah membuktikan seringnya terjadi ketidaksepahaman antara kita berdua. manakah yang benar? aku tak begitu peduli. toh buatku itu tak penting lagi.

pada awalnya aku berpikir untuk apa aku membahas hal seperti ini. toh ini sekedar ungkapan. ungkapan yang setiap saat bisa keluar dari siapapun yang sedang melakukan percakapan.

kemudian aku merasa ungkapan itu bukan sebatas kata-kata. ungkapan itu lahir dari spontanitas dan kejernihan ekspresi yang tidak bisa muncul setiap saat.
seringkali kita menggunakannya. mengulangnya. lagi dan lagi. entah itu untuk menegaskan kedirian, atau sebatas mengingat kembali dan menjaga eksistensi ungkapan itu sendiri. hal ini menjadi bukti bahwa kata-kata itu telah menjadi bagian dari relasi kita selama ini. hingga aku sempat berpikir bagaimana nasib relasi kita kalau sampai kata-kata ini hilang tenggelam arus waktu. 'nggak ada alasan buat nggak setuju' terhadap semua yang baru saja aku kemukakan. dan aku memaksakan hal itu.. he..

Kamis, 28 Januari 2010

"aksi keprihatinan kaum setan"



selepas pagi, sekelompok setan menggelar aksi keprihatinan di seputaran taman eden. peristiwa yang cukup istimewa karena baru kali ini mereka punya kesempatan menyuarakan keresahan yang lama terpendam.

aksi damai itu dijaga ketat oleh satu kompi pasukan bersenjata lengkap, mirip malaikat.

dalam tuntutannya, mereka mengusung tiga hal besar yang menjadi isu utama dalam percaturan politik langit;

pertama, dihilangkannya diskriminasi serta perlakuan tidak adil yang kerap mereka alami.

kedua, menghapus stigma buruk yang selama ini disematkan manusia terhadap kaumnya.

dan ketiga, berharap dibukakan pintu taubat bagi yang telah lelah berbuat jahat.

Rabu, 27 Januari 2010

"belum ingin menyapamu"





langit dan bumi. dua entitas yang saling meng-harmoni. dan bahkan mungkin akan saling mengabadi. hubungan antar keduanya terjalin dengan sangat luar biasa. istimewa. nyaris sempurna.

namun semua menjadi hambar belaka manakala salah satu sudah merasa menghamba bagi salah satu yang lain. setelah sekian putaran waktu, bumi mengungkapkan keluh-kesahnya. ia merasa tak lagi dihargai. oleh langit. sahabat yang selama ini setia menemani saat pagi buta maupun ketika senja merangkum setiap detak kehidupan semesta.

selama ini bumi mencurahkan segenap perhatian pada langit. bahkan ketika langit dirundung kesedihan, bumi tak segan menghadiahkan bulan untuk menerangi hati sang langit yang sedang temaram.

bukan hanya itu. bumi pun dengan senang hati menampung segala curahan perasaan langit lewat hujan. baik ketika langit gembira dan menurunkan titik-titik air penghapus dahaga. ketika langit marah dan meluapkannya lewat sayatan kilat dan petir yang menggelegar. maupun ketika langit tersedu hingga meneteskan air mata pilu.

namun langit sama sekali tak peduli pada bumi. saat bumi haus akan air perhatian, langit tak mengacuhkan. saat bumi ingin berbagi perasaan, langit malah asyik bercengkerama dengan bulan dan bintang. dan saat bumi merasa hatinya gersang dan menginginkan hujan, langit berpaling dan tak menghiraukan.

kini bumi terkurung dalam jeruji dunianya sendiri dan sepi. ia ingin memaki, tapi langit tetap tak akan peduli.

bumi pun berujar, "sebaiknya kita akhiri hubungan yang aneh ini. aku belum ingin menyapamu, langitku. mungkin lain kali. atau malah tidak sama sekali."

Jumat, 22 Januari 2010

tidak boleh bersedih?! kau bercanda?




"sudahlah, kau tak perlu menyesali hal ini." katanya sambil mencoba menghiburku malam itu.

sambil tersenyum kecut, aku mengatakan, "kau bercanda?"
ya, aku ingin tertawa saat mendengarnya. ternyata dia tak kenal siapa diriku. bukan diriku sebagai aku, melainkan diriku sebagai seorang anak manusia.

selama ini dia selalu saja memaksaku untuk tersenyum, tertawa, dan tampak bahagia. meski dia sendiri tahu aku sedang tak ingin melakukannya. begitu juga dengan keyakinan, harapan, optimis, dan segala sikap positif sejenis.

"aku ini manusia biasa." sergahku membela diri.

dia menimpali dengan kata-kata yang mungkin sudah kudengar ribuan kali, "aku tahu itu. tapi kita diharuskan untuk selalu menatap hidup dengan penuh semangat dan keyakinan. kita sama sekali tidak boleh bersedih."

"tidak boleh bersedih? kau gila?" ujarku lirih dalam hari.

selain semua hal yang pernah dikhutbahkannya padaku, aku juga berhak untuk sedih, kecewa, putus asa, bahkan menangis. itu semua bagian dari kedirianku.
jelas aku tak dapat melakukan semua yang dia katakan. mungikin hanya dewa yang bisa mencapainya.

dengan nada yang meninggi dia berkata, "kau hanya mencari pembenaran."

tapi bukankan akan indah manakala senang dan sedih, suka dan duka, tangis dan tawa, harapan dan keputusasaan dapat bersanding dengan begitu intim? kita butuh keseimbangan. biar saja mereka datang silih berganti seiring harmoni hidup yang kita jalani.

lalu aku melanjutkan, "kau tahu, aku berani bertaruh, kau pun tak akan mampu. pun kalau benar-benar sanggup, itu karena satu alasan: mungkin kau bukan manusia."

dia terdiam. lalu beranjak pergi meninggalkanku yang memang sedang ingin sendiri. mungkin dia marah. entahlah.

Kamis, 21 Januari 2010

cinta = romantis? yang benar saja!

"seringkali cinta sejati justru lahir dari orang-orang yang sama sekali tidak romantis."






itu kataku beberapa hari yang lalu. namun anehnya sekarang aku malah ragu dan bertanya, "benarkah?" tapi yang lebih aneh adalah sebagian orang menyetujui pendapatku itu. ah, kupikir mereka juga aneh. hehe..

baiklah, akan sedikir kuuraikan.

ada dua kata kunci dalam kalimat tersebut, yakni "romantis" dan "cinta". dua kata yang bisa jadi saling berhubungan, tapi bisa juga tidak.

pertama, kata "romantis". kata ini dapat bersinonim dengan kata mesra atau penuh kasih sayang. dari segi pemaknaan, ada dua perspektif yang dapat digunakan.
pertama, dari sudut pandang sempit, romantis berarti tindakan saling puja-puji antar dua anak manusia yang sedang dimabuk asmara. aktivitas ini hanya terjadi ketika suasana hati memungkinkan.

kedua, dalam dimensi yang lebih luas romantis adalah kasih sayang yang tidak hanya dicurahkan kepada satu orang saja, melainkan semua orang. inilah aktualisasi dari sifat manusia yang paling hakiki: saling kasih antara manusia yang satu dengan yang lain. tidak dibutuhkan momen tertentu untuk mewujudkannya.

itu tentang romantis.

kemudian "cinta".

cinta?
mmm......

aku bahkan tak mengerti apa itu cinta.. haha

.:: nama: sebentuk penghadiran hakiki

"what is a name? that which we call a rose
by any other name would smell as sweet"
- Shakespeare





bagi Shakespeare, nama hanyalah sebatas tanda. tanda yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan substansi benda atau sesuatu yang disemati nama itu. ya, ia sekedar sebuah sebutan. dan karena sebutan, maka hanya bertugas untuk mewakili entitas yang ada di balik nama itu.

"apalah arti sebuah nama," begitu sebagian orang mengatakan.



masih ingatkah ketika aku bertanya, "kau lebih suka dipanggil dengan nama yang mana?"
“terserah kamu saja,” begitu jawabmu.

aku serius ketika menanyakan hal itu.

aku menginginkan nama yang merupakan "dirimu". pernah suatu saat aku berpikir, mestikah aku memanggil nama lengkapmu? ah, sepertinya tidak. itu terlalu panjang.

mungkin kau beranggapan bahwa tidak ada gunanya membahas hal seperti ini.
pertanyaannya kemudian adalah benarkah nama merupakan hal yang tidak penting hingga tidak perlu dipermasalahkan?

menurutku tidaklah demikian!
bagiku, hal ini penting. teramat penting.

benar bahwa dengan nama manapun aku menyapamu, kau tetaplah orang yang sama. hakikat yang sama. namun, aku merasa nama-nama itu mewakili pengertian berbeda.

nama adalah substansi. nama bukanlah sekedar tanda. bukanlah sekedar nama.
nama adalah manusianya, si empunya nama. bagiku, nama tidaklah sekedar mewakili, tapi menghadirkan.
itulah yang kemudian membuatku menanyakan perihal namamu. aku hanya ingin memangilmu dengan nama yang tepat. nama --yang seperti aku sebutkan di awal tadi-- bukan sekedar nama.

dan sampai saat ini aku masih belum yakin dengan nama yang mana aku mesti menyapamu.

Senin, 18 Januari 2010

begitu juga dirimu

"tomorrow is mystery. yesterday is history. and today is gift'"

hampir tiga puluh menit kita berbincang. dan entah apa yang terjadi, tiba-tiba kau melontarkan pernyataan itu. sebuah pernyataan yang kuakui sedikit menentramkan.
tapi benarkah?

"mungkin. tergantung manifestasi segala prinsip kebaikan yang telah ada." begitu katamu.

sebenarnya ada apa denganmu? tak biasanya kau berbicara dengan nada serius seperti ini. sok filosofis malah.
oke. aku diam. bukan apa-apa. hanya sedang tak ingin berdebat dengamu saja.

"sadar atau tidak, jutaan ajaran kebaikan hidup telah lama mengendap di otakmu itu. ini bukan tentang ketidaktahuan. kau tahu. aku yakin itu. kau mengerti dan juga memahami."



kau menasihatiku?
hei, sejak kapan kamu berani melakukannya?
kau tahu, aku ingin sesegera mungkin menutup telepon dan mengakhiri pembicaraan kita yang aneh ini. namun tak apa. sekali-kali bolehlah aku mendengar ocehanmu.

lalu kau melanjutkan,
"segala hal yang bernilai kebaikan akan tetap merupakan kebaikan. sekecil apapun nilainya. dan itu menjadi tak berarti manakala hanya sebatas untuk dipahami.
sayangnya, kau terlampau sering menasihatiku. menumpahkan kata-kata yang terkadang tidak aku mengerti apa maksudnya --aku pun tak terlalu yakin kau melakukan apa yang kau katakan. ya, kau terlalu banyak bicara."

begitu juga dirimu, kataku dalam hati.

Rabu, 13 Januari 2010

makna angka sembilan belas (?)



sembilan belas. apakah angka itu sama artinya dengan kata "dewasa"? entahlah! itu relatif. bukan apa-apa. aku berkata demikian hanya karena aku adalah penganut paham yang menolak segala bentuk kemutlakan dalam kehidupan yang profan ini.

lalu, apa makna angka sembilan belas? ah, lagi-lagi ini pertanyaaan dengan jawaban yang sangat personal. dan kali ini tak ada seorangpun yang berhak untuk menjawabnya selain dirimu sendiri.

kedewasaan adalah sebuah jalan panjang yang bisa jadi tak berujung. ketika seseorang mengatakan dirinya sudah sampai pada titik dewasa, itu artinya dia sama sekali belum dewasa. bahkan dia belum memahami apapun.

teruslah berproses! kenapa? karena dewasa adalah proses. proses belajar banyak hal. proses memahami dan memaknai banyak hal. dan tentu saja menetukan sikap atas banyak hal tersebut.

di hari istimewa ini, sebenarnya banyak pengharapan yang ingin kuucapkan. pengharapan yang terbaik di hidup kamu. namun aku berpikir semuanya tak akan menjadi sempurna manakala bukan dirimu sendiri yang berproses, berjuang, dan bertarung untuk mewujudkannya. karena kamulah yang paling bertanggung jawab atas diri dan kehidupan kamu.

aku malah seperti berceramah di depanmu. sama sekali tak ada maksud seperti itu.

kamu telah memiliki hal yang luar biasa: kau dan dirimu. itu lebih dari cukup untuk melanjutkan hidup, berproses di dalamnya: dengan segala canda tawa dan suka duka. sampai pada akhirnya kau menatap kehidupan dengan keteguhan, serta cita dan cinta yang sempurna.

Tuhan akan selalu membimbingmu untuk meraih yang terbaik. percayalah!



 * catatan hari ulang tahun Aryn

Minggu, 10 Januari 2010

untitled (4)




bahwa kau menarik perhatianku. aku akui hal itu. ini bukan tentang daya tarik fisik, lektur berpikir yang eklektik, gaya bicara, atau apalah namanya. ini tentang dirimu. tentu saja dengan segala kompleksitas yang menyertainya.

mungkin kesalahan terbesar yang kulakukan adalah ketika aku memperkenalkan diriku padamu. aku memperkenalkan diri bukan sebagai orang yang kupikirkan sekarang. hingga pada akhirnya relasi kita terjalin tak seperti yang kuinginkan.

aku bukanlah orang yang agresif, apalagi bisa dengan begitu heroik memperjuangkan segenggam harapan. pun sama sekali tak ingin memaksakan. itu hanya perilaku vandalis yang akut. alih-alih berteriak lantang menyuarakan keyakinan, aku lebih memilih berdiam diri sambil mengelola ruang dan waktu kita yang semakin berjarak. tapi aku juga bukan seorang melankolik yang cukup puas dalam lelap dekap fantasi yang mungkin saja entah. terkesan kontradiktif. malah sedikit ambigu. ya, mungkin akulah ambiguitas itu.

betapapun kita asyik bercengkerama dengan mesranya, jarak yang aku sebutkan sebelumnya tidak dapat kita abaikan begitu saja. cukuplah kemudian aku mengagumimu dalam hubungan yang hangat namun aneh ini.

dan seperti biasa, aku tak terlalu pandai mendeskripsikan perasaan lewat ungkapan kata-kata verbal lisan. oleh karenanya, aku lebih memilih menulis transkripsi ini sebagai media yang cukup impresif untuk menjalin komunikasi denganmu. maski kuakui, aku tak yakin kau akan mengerti. apa lagi memahami. toh aku tak memiliki pretensi apapun atas tulisan ini.

namun jangan menganggap aku seorang altruis sejati. tidak. aku tak semulia yang kau kira.

Selasa, 05 Januari 2010

aku tak boleh berdosa?! ah, kau bercanda..

"manusia paling tidak jujur dalam kaitannya dengan Tuhan mereka: dia tidak boleh berdosa!"
-- Friedrich Wilhelm Nietzsche



manusia pendosa. mungkin itu yang terlintas di benakmu tentang diriku sekarang ini. lalu kenapa? kalau kau berpikir aku akan tersinggung dengan sebutan yang kau sematkan itu, maaf, kau salah. aku tidak akan marah. sama sekali tidak. toh kenyataannya memang demikian.

dosa. kata yang satu ini sebisa mungkin dihindari oleh orang-orang suci. untungnya aku bukan bagian dari mereka.

dosa adalah bagian dari kehidupan. ia hakiki. bisa jadi sama dengan air, angin, atau api. sia-sia jika kau berpikir bisa serta-merta menghapuskannya dari muka bumi ini. oleh karena itu, jika ada yang beranggapan bahwa manusia tidak boleh berdosa, maka akan kukatakan, "ah, yang benar saja."

tentu kau masih ingat bagamana peristiwa pengusiran Adam dari taman surga. itu karena dia nyata-nyata berani melanggar larangan yang telah dititahkan Tuhan. bahkan Nabi Muhammad pun tak luput dari kesalahan. suatu ketika beliau mengadakan pertemuan dengan para pembesar suku Quraisy. pada saat yang bersamaan datang seorang sahabat buta dan miskin bernama Abi Dzar Al Ghifari. entah apa yang ada di pikiran Muhammad ketika itu, yang pasti beliau tidak mempedulikan kehadiran Abi Dzar. lalu apa yang terjadi? Tuhan langsung menegur sikap Nabi tersebut.

manusia sekelas nabi saja bisa berbuat salah. apalagi aku. aku yang selama ini cukup mesra bercengakerama dengan sesuatu yang bernama dosa. aku boleh berdosa. itu alasan kenapa Tuhan menciptakanku bukan sebagai malaikat, melainkan sebagai manusia. toh, aku menganggap itu merupakan rangkaian proses kehidupan. mengutip ungkapan Subagio Sastro Wardoyo, "melalui dosa kita bisa dewasa."

aku tak bermaksud memuja dosa. kalau selama ini beberapa kali menyinggung tentang setan dan eksisitensinya, itu tak berarti aku mengagungkan kaum mereka. aku juga tak sesarkas Nidah Kirani dalam "Tuhan, Ijinkan Aku Menjadi Pelacur" karya Muhidin M Dahlah yang dengan lantang mengatakan, "aku mengimani iblis. lantaran sekian lama ia dicaci, ia dimaki, dimarginalkan tanpa ada satu pun yang mau mendengarnya. sekali-kali bolehlah aku mendengar suara dari kelompok yang disingkirkan, kelompok yang dimarginalkan itu. supaya ada keseimbangan informasi."

ah, aku masih terlalu pengecut untuk mengatakan hal-hal seperti itu.

aku pun tak bermaksud menyesatkan imanmu. maaf kalau khutbah gelapku membuat sakit telinga manusia suci seperti dirimu.

salam

Jumat, 01 Januari 2010

selamat tahun baru 2010




tahun baru. entah sudah berapa putaran waktu kita melihat dan terlibat dalam uforia tahunan ini. lalu apa yang menjadikan moment tahun baru kali ini spesial?

entahlah!

semoga, semoga, dan semoga. satu kata itu tak pernah lepas dari hingar-bingar datangnya tahun yang baru. berbagai pengharapkan diucapkan. berbagai janji coba diikrarkan. then, apa yang terjadi setelah itu? saya tidak punya kapasitas untuk menjawabnya. hanya saja tidak jarang hal itu menjadi siklus yang lagi-lagi berujung pada pesta sesaat dan kemudian terlupakan.

kenapa mesti menunggu tahun baru? kenapa kita masih saja menunggu datangnya momentum untuk memulai kebaikan baru? diakui atau tidak, momentum yang secara teratur berulang akan berakhir menjadi sebatas rutinitas. dan parahnya kita senantiasa terjebak di dalamnya.

semoga saja perayaan tahun baru 2010 tak lagi menjadi sekedar uforia sesaat yang akhirnya hambar dan kemudian menghilang tergerus arus zaman.

ah, saya malah seperti meng-khotbah. tidak. saya tidak bermaksud demikian. ya...hanya ingin sedikit mengingkapkan segenggam kegelisahan. hehe..

selamat tahun baru 2010!
salam