"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Senin, 18 Januari 2010

begitu juga dirimu

"tomorrow is mystery. yesterday is history. and today is gift'"

hampir tiga puluh menit kita berbincang. dan entah apa yang terjadi, tiba-tiba kau melontarkan pernyataan itu. sebuah pernyataan yang kuakui sedikit menentramkan.
tapi benarkah?

"mungkin. tergantung manifestasi segala prinsip kebaikan yang telah ada." begitu katamu.

sebenarnya ada apa denganmu? tak biasanya kau berbicara dengan nada serius seperti ini. sok filosofis malah.
oke. aku diam. bukan apa-apa. hanya sedang tak ingin berdebat dengamu saja.

"sadar atau tidak, jutaan ajaran kebaikan hidup telah lama mengendap di otakmu itu. ini bukan tentang ketidaktahuan. kau tahu. aku yakin itu. kau mengerti dan juga memahami."



kau menasihatiku?
hei, sejak kapan kamu berani melakukannya?
kau tahu, aku ingin sesegera mungkin menutup telepon dan mengakhiri pembicaraan kita yang aneh ini. namun tak apa. sekali-kali bolehlah aku mendengar ocehanmu.

lalu kau melanjutkan,
"segala hal yang bernilai kebaikan akan tetap merupakan kebaikan. sekecil apapun nilainya. dan itu menjadi tak berarti manakala hanya sebatas untuk dipahami.
sayangnya, kau terlampau sering menasihatiku. menumpahkan kata-kata yang terkadang tidak aku mengerti apa maksudnya --aku pun tak terlalu yakin kau melakukan apa yang kau katakan. ya, kau terlalu banyak bicara."

begitu juga dirimu, kataku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar