"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Kamis, 21 Januari 2010

.:: nama: sebentuk penghadiran hakiki

"what is a name? that which we call a rose
by any other name would smell as sweet"
- Shakespeare





bagi Shakespeare, nama hanyalah sebatas tanda. tanda yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan substansi benda atau sesuatu yang disemati nama itu. ya, ia sekedar sebuah sebutan. dan karena sebutan, maka hanya bertugas untuk mewakili entitas yang ada di balik nama itu.

"apalah arti sebuah nama," begitu sebagian orang mengatakan.



masih ingatkah ketika aku bertanya, "kau lebih suka dipanggil dengan nama yang mana?"
“terserah kamu saja,” begitu jawabmu.

aku serius ketika menanyakan hal itu.

aku menginginkan nama yang merupakan "dirimu". pernah suatu saat aku berpikir, mestikah aku memanggil nama lengkapmu? ah, sepertinya tidak. itu terlalu panjang.

mungkin kau beranggapan bahwa tidak ada gunanya membahas hal seperti ini.
pertanyaannya kemudian adalah benarkah nama merupakan hal yang tidak penting hingga tidak perlu dipermasalahkan?

menurutku tidaklah demikian!
bagiku, hal ini penting. teramat penting.

benar bahwa dengan nama manapun aku menyapamu, kau tetaplah orang yang sama. hakikat yang sama. namun, aku merasa nama-nama itu mewakili pengertian berbeda.

nama adalah substansi. nama bukanlah sekedar tanda. bukanlah sekedar nama.
nama adalah manusianya, si empunya nama. bagiku, nama tidaklah sekedar mewakili, tapi menghadirkan.
itulah yang kemudian membuatku menanyakan perihal namamu. aku hanya ingin memangilmu dengan nama yang tepat. nama --yang seperti aku sebutkan di awal tadi-- bukan sekedar nama.

dan sampai saat ini aku masih belum yakin dengan nama yang mana aku mesti menyapamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar