"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Selasa, 05 Januari 2010

aku tak boleh berdosa?! ah, kau bercanda..

"manusia paling tidak jujur dalam kaitannya dengan Tuhan mereka: dia tidak boleh berdosa!"
-- Friedrich Wilhelm Nietzsche



manusia pendosa. mungkin itu yang terlintas di benakmu tentang diriku sekarang ini. lalu kenapa? kalau kau berpikir aku akan tersinggung dengan sebutan yang kau sematkan itu, maaf, kau salah. aku tidak akan marah. sama sekali tidak. toh kenyataannya memang demikian.

dosa. kata yang satu ini sebisa mungkin dihindari oleh orang-orang suci. untungnya aku bukan bagian dari mereka.

dosa adalah bagian dari kehidupan. ia hakiki. bisa jadi sama dengan air, angin, atau api. sia-sia jika kau berpikir bisa serta-merta menghapuskannya dari muka bumi ini. oleh karena itu, jika ada yang beranggapan bahwa manusia tidak boleh berdosa, maka akan kukatakan, "ah, yang benar saja."

tentu kau masih ingat bagamana peristiwa pengusiran Adam dari taman surga. itu karena dia nyata-nyata berani melanggar larangan yang telah dititahkan Tuhan. bahkan Nabi Muhammad pun tak luput dari kesalahan. suatu ketika beliau mengadakan pertemuan dengan para pembesar suku Quraisy. pada saat yang bersamaan datang seorang sahabat buta dan miskin bernama Abi Dzar Al Ghifari. entah apa yang ada di pikiran Muhammad ketika itu, yang pasti beliau tidak mempedulikan kehadiran Abi Dzar. lalu apa yang terjadi? Tuhan langsung menegur sikap Nabi tersebut.

manusia sekelas nabi saja bisa berbuat salah. apalagi aku. aku yang selama ini cukup mesra bercengakerama dengan sesuatu yang bernama dosa. aku boleh berdosa. itu alasan kenapa Tuhan menciptakanku bukan sebagai malaikat, melainkan sebagai manusia. toh, aku menganggap itu merupakan rangkaian proses kehidupan. mengutip ungkapan Subagio Sastro Wardoyo, "melalui dosa kita bisa dewasa."

aku tak bermaksud memuja dosa. kalau selama ini beberapa kali menyinggung tentang setan dan eksisitensinya, itu tak berarti aku mengagungkan kaum mereka. aku juga tak sesarkas Nidah Kirani dalam "Tuhan, Ijinkan Aku Menjadi Pelacur" karya Muhidin M Dahlah yang dengan lantang mengatakan, "aku mengimani iblis. lantaran sekian lama ia dicaci, ia dimaki, dimarginalkan tanpa ada satu pun yang mau mendengarnya. sekali-kali bolehlah aku mendengar suara dari kelompok yang disingkirkan, kelompok yang dimarginalkan itu. supaya ada keseimbangan informasi."

ah, aku masih terlalu pengecut untuk mengatakan hal-hal seperti itu.

aku pun tak bermaksud menyesatkan imanmu. maaf kalau khutbah gelapku membuat sakit telinga manusia suci seperti dirimu.

salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar