"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Minggu, 15 Agustus 2010

peri kecil



peri kecil. aku mulai suka memanggilmu dengan nama itu. entah mulai kapan, namun aku merasa nyaman dengan nama itu. aku berharap kau juga merasakan hal yang sama. pun kalau tidak, itu bukan alasan bagiku untuk serta merta melupakannya. bukan memaksa. tapi karena aku memang suka. itu saja. dan kalau aku sudah suka, mau apa coba?

bukan berarti pula aku tidak suka dengan namamu. sama sekali bukan.

asal muasal nama itu kusematkan padamu, aku sendiri tidak tahu. keluar begitu saja. serius. waktu itu aku sedang menulis transkripsi tentang dirimu, lebih tepatnya hubungan kita berdua. lalu ”peri kecil” itu keluar begitu saja. begitu alami. percayalah!

aku tidak punya waktu untuk ”menciptakan” nama baru untukmu. dan sejujurnya aku tidak terlalu pintar dalam hal karang-mengarang, apalagi yang berkaitan dengan nama yang menurutku masuk dalam wilayah yang sangat personal. lagi pula, kau telah memiliki nama yang indah menurutku. jadi tak ada gunannya aku begitu serius berlama-lama memikirkan nama baru untukmu.

kenapa ”peri kecil”? aku sendiri tidak tahu alasannya. seperti yang telah aku katakan sebelumnya, hal itu terjadi begitu alami. apa adanya. bisa jadi itu merupakan refleksi atas sifat malaikat yang kau tunjukkan padaku selama ini.

seandainya kau masih memaksa dan ingin tahu ihwal hadirnya nama itu, akan aku jelaskan nanti pada transkripsi berikutnya.

salam,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar