"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Selasa, 23 Maret 2010

.:: imaji hujan







kehadiranmu bersamaan dengan datangnya hujan masih menyisakan sepenggal pertanyaan.

apakah kau yang mengirim hujan itu padaku?
meski itu yang kau katakan, aku ragu --dan bahkan saat ini mulai tak memedulikan hal itu.





&^$^$#&^)(*&@

hujan yang kau kirimkan ternyata tak seperti yang kuinginkan. benar bahwa kau ingin menurunkan rintik air itu untuk menyejukkanku.
namun kenyataannya tak demikian. hujan itu menyapaku dengan tak ramah. titik-titik air yang jatuh ternyata tak membentuk harmonisasi seperti yang kau janjikan. belum lagi kilatan petir yang menyayat langit serta dentumannya yang menggegar. sungguh memekakkan telinga siapa saja yang ada di sekelilingnya. alih-alih tergugah menikmatinya, aku malah makin meringkuk dalam dingin dan ketakutan hujan yang kau sampaikan.

untunglah, hujanmu reda segera.

bukan! bukan reda. namun menghilang entah ke mana. tak ada satupun jejak yang menandakan hujan.

peristiwa itu membuatku ragu dan mempertanyakan apakah hujan yang kau sampaikan itu ada. seperti halnya aku meragukan relasi kita yang mungkin memang tak nyata.

entahlah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar