"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Rabu, 30 Desember 2009

salamku padamu, langitku





seperti yang kuduga sebelumnya, kau tak menyapaku malam ini, langit. apa kau marah? entahlah. pun kalau memang marah, terserah! toh aku tak punya hak untuk melarang hal itu.

benar bahwa aku memakimu beberapa hari lalu. tapi aku punya alasan yang kuat; kau berkhianat.
aku sudah pernah mengatakan kalau aku tak suka dibohongi. eh, kau melakukannya juga. kau mengatakan akan menurunkan hujan yang menyejukkan. omong kosong. hujan itu memang ada, namun itu hujan air mata. air mata hujan yang kau tumpahkan saat kau membutuhkan.

akhirnya terjadi apa yang benar-benar aku takutkan. ya, aku tak terlalu cemas jika kau berdusta padaku. yang aku khawatirkan adalah ketika aku sudah tak percaya lagi padamu.

kau tahu, langitku, aku nyaman tanpa hujan. toh selama ini juga demikian.

apakah aku akan kesepian? maaf, kau salah jika berpikir seperti itu.
aku damai dengan diriku sendiri. tanpa hujan, bahkan tanpa langit sekalipun.

salam,
bumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar