"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Kamis, 10 Desember 2009

aku malu, Tuhanku (1)


pagi ini mentari menyapaku dengan cara yang berbeda. tak secerah biasanya, namun tetap mendekap hangat tubuh dan jiwaku yang kuyu.

tak banyak yang kuinginkan pagi ini. bukan tak ada. hanya saja aku tak berani. ya, aku tak berani berharap. aku malu. aku malu pada pagi. pada mentari. pada semuanya.

pagi telah memberiku kehidupan. sementara mentari selalu menyapaku dengan kehangatan. keduanya merupakan bagian dari harmonisasi alam yang sampai saat ini belum juga aku pahami. yang aku tahu hanyalah mereka menjalankajn apa yang telah dititahkan Tuhan dengan sebaik-baiknya. dengan begitu sempurna. tak pernah ada keluhan, apalagi pembangkangan.

lalu aku?
pertanyaan itu benar-benar mengusik hatiku.

telah sekian waktu Tuhan memberikan kesempatan padaku untuk menikmati serta mengemban amanah atas anugerah yang tak pernah kuduga sebelumnya, yakni hidup sebagai manusia. ini juga yang sering memunculkan pertanyaan. kenapa Tuhan manjadikanku sebagai seorang anak manusia? kenapa bukan sebagai yang lain? kenapa bukan sebagai batu, angin, air, hujan, atau malah setan sekalian. aku tak tahu pasti alasannya. hanya saja aku berpikir --semoga ini benar-- bahwa itu semua karena Tuhan sayang padaku.
cukup menentramkan, namun pikiran itu kadangkala memunculkan kesombongan.

Tuhan memang menyayangiku. Beliau senantiasa mendengar doa, permintaan, harapan, keluhan, bahkan makian yang keluar dari mulut ini.
aku bisa menikmati banyak hal: keindahan fajar pagi, hangatnya persahabatan, serta lika-liku kisah cinta yang mendebarkan.
aku pun tak perlu melakukan tugas berat seperti yang telah dibebankan Tuhan kepada makhluk lain selain diriku. aku tak perlu seperti mentari yang mesti tepat waktu menjaga keseimbangan siang dan malam. tak perlu seperti angin yang berlarian kesana-kemari hanya untuk menyapa dan menyejukkan seisi bumi. aku juga tak perlu memiliki kekhawatiran layaknya setan yang telah dijanjikan neraka jahanam. menakjubkan, bukan?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar