"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Rabu, 21 Oktober 2009

Harapan: Imaji yang Kian Menyesatkan!




”Man with hopeless forever!”, begitu seorang sahabat dengan masif pernah menuduhku.

Dan entah apa hubungannya, selang bebrapa waktu datang seorang teman yang juga mengatakan bahwa dia memilki berjuta harapan, baik itu yang realisitis maupun yang mustahil untuk meng-ada.

Maaf, kawan! Kau hanya mengejar imajinasi belaka. Tidak lebih dari sekedar ilusi. Dan sepertinya aku sama sekali tidak tertarik dengan itu semua. Fromm pun pernah mengatakan bahwa seseorang tidak akan pernah sampai pada sebuah kesimpulan ketika ia mengejar imajinasinya.

Harapan. Aku heran kenapa orang-orang begitu tolol hingga harus mengagung-agungkannya. Orang yang telah menggenggam harapan merasa bahwa mereka juga telah menggenggam kehidupan –paling tidak kehidupannya sendiri. Konyol! Kenapa mereka mau saja diperdaya. Bukankah harapan sama dengan mimpi? Dan mimpi --dalam bentuk apapun-- merupakan hal paling absurd dalam kehidupan yang pernah ada.

“Harapan adalah kejahatan paling buruk karena ia hanya memperpanjang kesengsaraan manusia.” Entah apa sebabnya, aku mulai mengamini pendapat Nietzsche itu.
Harapan, pada titik tertentu, menjadi semacam fenomena yang asing bagiku. Bukan karena harapan itu tak pernah aku jumpai, namun justru harapan yang ada tak pernah benar-benar meng-ada, lalu kini berhamburan entah ke mana. Dan tak ada sedikit pun keinginan untuk kembali merajutnya dalam jaring-jaring kehidupanku.

Harapan merupakan setan yang paling angkuh. Atau meminjam istilah Muhidn M. Dahlan, ”penjahat berbaju malaikat.”
Dia menawarkan hayalan serta fatamorgana yang luar biasa menggoda. Tapi ketika kita terjatuh dikecewakan oleh harapan yang kita bangun sendiri, dia akan berlalu begitu saja. Tentu dengan sesungging senyum nyinyir yang akan membuat kita menjadi manusia yang paling tolol setolol-tololnya. Haha..





Tidak ada komentar:

Posting Komentar