"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Sabtu, 21 November 2009

catatan orang sakit jiwa*




entah kenapa, akhir-akhir ini kau begitu menyebakan!

dulu kau berujar bahwa jalinan kita akan abadi selamanya. omong dengan itu semua. buktinya sekarang kau "pergi" entah ke mana. kau meninggalkanku begitu saja justru ketika aku sedang sakit jiwa.
kita masih bersua, tapi tak lagi saling sapa.

bahkan di titik ini pun aku masih saja percaya padamu.

ada dua kemungkinan. aku terlampau baik. atau aku terlalu tolol. aku lebih suka jika alasannya adalah yang kedua.

tidak sekali ini saja.

kau bilang mengharapkan perhatian. aku perhatikan, kau tidak jarang tiba-tiba menghilang.

beberapa waktu lalu, aku berusaha menyapa, tapi ternyata kau tak hirau dan berlalu begitu saja. sial! apa yang terjadi denganmu sebenarnya

dan bodohnya aku, ketika kau datang, betapa hangat aku menyambutmu. kebencian serta kemarahan kemarin hilang begitu saja. dan relasi kita berdua kembali seperti biasa. apa adaanya.

tapi untuk kali ini, sepertinya tidak. hubungan kita begitu aneh. begitu dingin. lebih baik kita akhiri saja. toh tak ada gunanya melanjutkannya.

kau begitu menyedihkan, sayang.
aku tak bisa membayangkan bagaimana jika kau kehilangan teman sebaik diriku ini. kau pasti sedih. aku yakin itu. coba kamu pikirkan, selama kamu hidup di dunia ini, mana ada orang yang berkali-kali memaafkanmu untuk kesalahan yang sama. kalaupun ada, seperti yang aku kemukakan sebelumnya, ada dua kemungkinan. mungkin saja orang itu memang baik. tapi bisa jadi dia adalah setolol-tololnya manusia. meski aku memang tolol, tapi aku tidaklah sebodoh yang kamu bayangkan.

maaf telah membuatmu kecewa. aku yakin kau berpikir akan aku maafkan begitu saja. ah, aku terlalu baik untuk melakukan itu. aku terlalu baik untukmu.

lihat saja nanti. kau pasti akan sanagt membutuhkanku. kau akan sangat kehilangan diriku.

tapi, tidak sebesar seperti aku kehilangan dirimu...


*) catatan ini permintaan seorang teman, dan bertolak dari apa yang dia kisahkan beberapa hari terakhir. judul tersebut merupakan permintaan yang bersangkutan. meski dia sedang "sakit jiwa", tapi tak kehilangan kepercayaan diri yang luar biasa, atau saya lebih suka menyebutnya dengan istilah 'sindrom narsisme yang akut'. haha..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar