"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Sabtu, 07 November 2009

simpan senjamu itu!




masih duduk disampingku. kau terus saja meyakinkan agar aku menerima senja kemerahan yang kau bawakan. tapi maaf, kalau aku menerima saja senja yang kau bawa, akan timbul banyak persoalan.

seperti yang kukatakan sebelumnya, senja itu biru. dan akan selalu begitu. bukankah dulu kita pernah sepakat untuk menganggap setiap senja adalah biru, dan bukan yang lain? kau juga yang mengatakan bahwa biru itu rindu. seperti kita selalu merindukan sang senja. senja yang --untuk kesekian kalu aku katakan-- berwarna biru. tapi kenapa sekarang kau malah membawakan senja merah dan terus memaksaku untuk memercayainya?

persoalan yang lain adalah jika aku menerima senja yang kau bawa, senja kemerahan itu, bukankah akan terjadi bencana? betapa tidak. sekarang aku sedang bersama senja, senjaku yang biru. sedangkan kau juga membawa senja yang lain, senja berwarna kemerahan. hey, bodoh! jika aku menerimanya, maka akan ada dua senja! aku tidak bisa membayangkan muncul dua senja di suatu sore secara bersamaan. aku....
ah, sudahlah!

aku masih yakin kalau senja itu biru, seperti yang pernah kita sepakati. untuk saat ini, aku belum tertarik dengan senja kemerahan yang kau tawarkan. mungkin lain kali. jadi untuk sementara simpanlah saja dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar