"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Selasa, 17 November 2009

Untitled (2)




Seperti yang telah aku katakan sebelumnya, aku akan menuntaskan janjiku padamu. Dan sekarang sudah tak lagi malam, tapi pagi. Maka kantuk tak lagi bisa kujadikan sebagai alasan yang akan menggagalkan semuanya.

Masih ingatkah kamu apa yang aku janjikan kemarin??
Ya, aku berjanji akan menceritakan sepenggal kisah hidupku padamu. Sepenggal perjalalan kehidupan yang belum pernah aku bagi dengan siapapun. Kamu bisa mempercayaiku. Dan kalau masih juga belum bisa percaya, aku memaksa kamu untuk percaya padaku.

Sampai saat ini, aku belum bisa dengan mudah percaya kepada orang lain. tentu saja yang aku maksud adalah kepercayaan dalam berbagi hal-hal yang sifatnya personal. Aku berpikir bahwa aku memliki ruang kehidupan yang teramat pribadi. Sebuah ruang di mana aku memiliki kebebasan, kemerdekaan yang absolut untuk mengendalikan dan menentukan pergulatan dialektika di dalamya. ruang di mana aku memiliki kekuasaan yang penuh. Menurutku itu adalah hak pribadi yang paling asasi. Oleh karenanya, tidak seorang pun kuijinkan untuk menjamahnya.

Alasan lain, sederhana saja, aku bukan orang yang tidak suka mencampuri urusan orang lain kalau tidak diminta. Sebaliknya, tak ada seorangpun yang boleh dengan seenaknya mencampuri urusan pribadiku.

Mungkin aku sedang mengidap apa yang dikatakan Fromm sebagai self-centeredness syndrom. Apapun istilahnya, itu tidak penting. Aku sedang mejalankan apa yag aku yakini. Bukankah keyakinan merupakan hal yang menjadi dasar pegangan kehidupan? Aku yakin dalam hal ini kamu setuju denganku.

Sekarang kamu sudah memahamai kenapa selama ini aku belum pernah membagi kisah ini dengan siapaun. Aku ulangi, dengan siapapun.

Dan sepertinya, aku memang belum juga bersedia membaginya dengan siapapun. Dan itu juga, maaf, berlaku untukmu. Kenapa? Karena kamu belum mampu meyakinanku kenapa mesti mempercayaimu. Sekali lagi, aku minta maaf.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar