"Apakah akan kupaksa tangan ini menorehkan larat-larat aksara,
sedang hati dan pikiran tak menginginkannnya?

Jika demikian, apa bedanya diriku dengan mesin pencetak yang tak punya hati tak punya kehendak?"

Rabu, 18 November 2009

Terima Kasihku Padamu (2)

 -- buat peri kecilku





untuk kesekian kali, kata maaf itu mengalir dari hatimu. terkejutkah aku? mungkin tidak. aku tahu kau pasti akan melakukannya, seperti yang sudah-sudah.

aku terlalu bebal hingga tak sepenuhnya mampu menyadari kepedulian yang kau tunjukkan. selama ini aku masih saja berpikir bahwa sesuatu yang bernama ketulusan adalah nonsens belaka. sama sekali tak ada. kalaupun tampak demikian, itu sekedar untuk menjaga perasaan persahabatan. tak lebih. dan hal itu tidaklah kekal. suatu saat pasti akan menguap ke langit entah.

namun, kenyataan sama sekali berbeda dengan apa yang aku pikirkan.
kau tulus. begitu tulus. bahkan terlalu tulus untukku.
kau mengajariku bagaimana membangun hubungan dengan mengabaikan pertanyan, "untuk apa?" dan "apa gunanya?".
kau mengajariku bagaimana relasi ke-kita-an kita yang benar-benar dibangun dari hati yang terdalam. saling menjaga. saling menumbuhkan empati. begitu hangatnya.

peri kecilku yang baik hati,
aku tidak berani menjanjikan apapun padamu saat ini. karena janji hanya akan tinggal janji kalau tidak dituntaskan. aku hanya bisa mengatakan, terima kasih. waktu akan membuktikan bahwa apa yang telah kau tunjukkan padaku telah benar-benar mengubah hidupku.

salam hormat dengamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar